Thursday, 4 May 2023
Tuesday, 2 May 2023
Review Skincare Dear Me Beauty Skin Barrier Toner Essence, Kulit Sehat Seketika
Produk kedua dari Set Skin Barrier milik Dear Me Beauty yang akan saya ulas adalah Toner Essencenya. Dulu saya gak begitu peduli soal toner, essence, atau apapun itu. Biasanya, setelah cuci muka, langsung ke moisturizer juga gak apa-apa banget. Tapi setelah setahunan kebelakang saya rutin menggunakan toner setelah cuci muka, rasanya kok enak. Ada perbedaan yang cukup signifikan antara pakai dan tidak pakai toner setelah cuci muka. Pemakaian toner setelah cuci muka, membuat kulit jauuh lebih lembap, plumpy, lebih siap untuk menyerap rangkaian skincare berikutnya. Itu yang saya rasakan dulu ketika mencoba toner keluaran Skintific.
Sebetulnya, saya gak ada masalah dengan Skintific, saya mencoba beberapa produknya dan tak ada keluhan apapun. Namun, ketika saya tau Dear Me Beauty mengeluarkan toner dengan kandungan Ceramide dan Hyaluronic Acid, lalu mengingat facial washnya yang nampol di kulit saya, dan harga yang lebih murah, maka saya pikir, kenapa tidak saya coba produk satu ini? Kalau ternyata cocok, saya kan bisa lebih hemat juga, dan skincare saya bisa lebih "kawin" karena berasal dari brand yang sama.
Kemasan Toner Essence ini agak unik. Tutupnya sih standar, model ulir, namun berbentuk bulat. Jadi lucu aja kalau dipajang (oke, ini gak penting). Kemasannya ini aman banget untuk dibawa berpergian, karena selain tutupnya model ulir, di dalamnyapun ada mode locknya gitu, gak langsung lubangnya. Awal-awal agak kesel karena jadi kurang sat set sat set kalau mau pakai, tapi setelah dipikir-pikir, begini kan lebih higienis juga, sebetulnya.
Seperti toner essence pada umumnya, teksturnya ada di tengah-tengah toner dan essence, gak seencer toner, tapi juga gak sekental essence, makanya disebutnya toner essence. Saya suka dengan teksturnya yang mudah menyerap (gak sampai 30 detik), namun tetap meninggalkan kesan yang lembap dan sehat.
Baca Juga : Review Skin Barrier Face Gel Cleanser Dear Me Beauty
Sebelum saya memutuskan untuk mencoba produk ini, tentu saja, saya juga mencari tau soal kandungannya. Sebetulnya, yang saya perhatikan belakangan, tren skincare khusus memperbaiki skin barrier ini memang belum usai. Banyak brand lain yang mengeluarkan produk dengan konsep yang mirip-mirip, dan kandungan yang serupa juga. Makanya, sekarang rasanya lumayan sering dengar Ceramide dengan berbagai jenisnya, karena memang Ceramide punya fungsi yang sangat baik dalam memperbaiki dan merawat skin barrier. Ini juga menjadi salah satu kandungan utama toner essencenya Dear Me Beauty. Selain Encapsulated Ceramide Complex, toner ini juga mengandung Quadruple Hyaluronic Acid, Polyglutamic Acid, Cica, dan Greentea Extract.
Ceramide, Hyaluronic Acid, dan Cica adalah sahabat kulit saya. Maka, saya cukup optimis dengan produk ini. Dan benar saja, hanya dalam 1 sampai 2 hari, ada kemajuan yang saya rasakan pada kulit wajah saya, khususnya untuk teksturnya, jauh lebih halus dan kenyal. Sangat terasa kalau toner ini mengembalikan pH kulit kita setelah kita mencuci muka, lembap dan plumpy, sehingga kulit jadi lebih siap untuk diberikan rangkaian perawatan selanjutnya.
Minusnya, karena botolnya ini berwarna merah pekat dengan plastik yang cukup tebal, agak kesulitan untuk mencari tau isi dari produknya, kecuali kalau kamu lihat baik-baik di bawah lampu, baru kelihatan. Tapi, overall, toner essence dengan kandungan yang kaya akan manfaat ini, lalu harganya hanya 70.000, yaa it's super worth to try!
Baca Juga : Review Skin Barrier Water Cream Dear Me Beauty
Monday, 1 May 2023
Review Skincare: Dear Me Beauty Skin Barrier Face Gel Cleanser, Kulit Lembut dan Bersih
Review Skincare : Rangkaian Dear Me Beauty Skin Barrier
Monday, 24 April 2023
Review Hotel Mambruk, Hotel di Anyer dengan Pantai Pribadi yang Cantik
Mencari hotel di sekitaran pantai Anyer memang sangat tricky. Pilihannya banyak betul, range harganyapun beragam. Eh eh, loh kenapa jadi tiba-tiba ngomongin pantai Anyer? Gini ceritanya..
Beberapa minggu sebelumnya,
"Lihat deh, Sy. Awannya indah sekali ya, Masya Allah... Allah hebat sekali bisa menciptakan hal-hal indah. Lihat bunga itu juga indah, Allah memang menyukai hal-hal indah..", itu adalah celetukan-celetukan yang biasa saya ucapkan sehari-hari kepada Arsy. Saya selalu ingat pesan dari Ustadz Hasan Faruqi, menumbuhkan fitrah iman anak bukan diawali dengan menghafal surat ataupun doa-doa pendek, tapi dengan mengenal Tuhannya, mencintai dan mengagumi Tuhannya. Lucunya, tinggal di kota membuat saya mengulang hal-hal yang sama. Sejauh mata memandang, langit hanya sebatas awan. Jika beruntung, saya bisa menunjukkan bintang dan bulan yang indah di malam hari. Namun, seringkali, pertanyaan Arsy mengikuti pengalaman yang ia proses melalui panca indranya. Karena rutinitas kami hanya disitu-situ saja, pertanyaannya gak jauh-jauh seputar, "Ma, Allah menciptakan lampu juga? Kalau trotoar? Kalau gedung? Kalau sekolahan?" Mendengarnya, saya langsung merasa perlu untuk mengajak Arsy jalan-jalan, ke luar dari rutinitas perkotaan yang selalu sibuk ini.
Keputusan untuk berlibur ini juga didukung oleh kabar dari Kukuh yang ternyata mendapat jatah untuk cuti seminggu. Setelah memikirkan banyaknya pilihan liburan dan melewati berbagai pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk berlibur ke pantai. Pasalnya, Arsy belum pernah ke pantai dan saya yakin betul dia akan suka sekali dengan pantai, karena dia suka dengan air. Pernah sekali ia datang ke pantai, tapi sungguh pengalaman yang kurang berkesan karena pantainya kecil di dalam Ancol, tanpa ombak, dan saya agak sulit membedakan apakah itu adalah pantai atau selokan karena saking kotornya dengan sampah yang bertebaran di mana-mana. Sedihnya..
Baca Juga : Review Hotel Mercure Convention Center Ancol
Maka, kali ini, saya memutuskan untuk mencari pantai yang gak terlalu ramai. Teman saya menyarankan Pantai Santolo, pantai indah yang belum begitu banyak pengunjungnya. Saya pernah ke sana satu kali, dan memang sungguh indah, namun perjalanannya memang penuh ketegangan, dikarenakan aksesnya yang belum terlalu bagus. Takut tidak menikmati perjalanan, akhirnya kami memutuskan pantai yang aksesnya lebih mudah, tapi tetap tidak terlalu banyak didatangi. Akhirnya, terbesitlah pantai di Anyer. Pantai di kawasan Anyer memang banyak sekali pilihannya, bertanya pada salah satu kerabat yang paham kawasan Anyer, ia menyarankan untuk menginap di dalam satu hotel yang bernama Hotel Mambruk Anyer. Menurutnya, Hotel Mambruk Anyer ini merupakan hotel yang terbilang baru di kawasan itu, punya pantai pribadi, sehingga sudah pasti tidak akan seramai pantai publik.
Mencari kamar kosong di Hotel Mambruk Anyer ini cukup sulit, karena hampir setiap hari full booked (entah karena pada saat itu sedang ada diskon 30% untuk semua room), tapi akhirnya saya beruntung mendapatkan sisa 1 kamar untuk menginap 3 hari 2 malam. Rate yang saya dapatkan saat ini sangat lumayan, kamar superior sudah termasuk breakfast menjadi 1,5 juta saja semalam, dari yang asalnya 2 juta.
Memang namanya hidup, ada aja yang bikin deg degan. 10 hari sebelum keberangkatan, Arsy tiba-tiba demam. Gejalanya sangat mirip dengan yang dialaminya di awal tahun pada saat ia tipes. Lidah putih, demam hanya di malam hari, dan ini berlangsung berhari-hari. H-4 keberangkatan, badannya masih sedikit demam, saya sudah bilang sama Kukuh untuk menghubungi pihak hotel, bertanya apakah bisa cancel dan refund, dan kalau memang tidak mungkin untuk direfund, saya minta Kukuh untuk menawarkannya ke teman atau adiknya yang kira-kira bisa memanfaatkan room hotelnya. Selain kondisi Arsy, cuaca kala itu sedang sering-seringnya hujan. Meski pagi hari cerah, pasti tidak berlangsung lama, siang sampai malam rata diguyur hujan. Beberapa kali saya melihat postingan orang-orang yang menginap di Hotel Mambruk, yang saya perhatikan adalah backgroundnnya, dan rata-rata saya lihat langitnya gelap, dan pengunjung anak-anak memakai jaket atau kaos berlengan panjang. "Wah, kalau gini mah, Arsy bisa masuk angin", pikir saya. Ya sudah, ikhlaskan, La hawla wala quwata ila billah. Kalau memang Allah mengizinkan, kita akan pergi, kalau memang ini bukan saat yang tepat, ya sudah, harus ikhlas.
Alhamdulillah. H-2 perjalanan, kondisi Arsy sudah jauh lebih baik. Demamnya sudah tidak muncul kembali, lidahnya sudah tidak putih, sudah terlihat lebih bersemangat. Saking semangatnya, dia yang tau bahwa kami punya rencana untuk ke pantai, bolak balik menagih janji, 'Arsy mau ke pantai!". Sempat dilema, karena takutnya "karugrag", tapi meminta saran dari Ibu, Ibu bilang tidak apa pergi ke pantai, siapa tau justru dia happy, dan suasana pantai bisa bikin Arsy jadi semakin sehat dan kembali ceria. Dipikir-pikir, ada benarnya juga. Diam di rumah selama seminggu, bagi saya saja rasanya memuakkan, apalagi bagi anak-anak yang dunianya harusnya penuh dengan aktivitas bermain dan bertualang. Maka, dalam waktu 2 hari, kami mempersiapkan semua yang akan dibutuhkan nanti di pantai, termasuk obat-obatan Arsy, jaga-jaga kalau demamnya muncul kembali.
Kami berangkat di Hari Minggu, pagi hari, sekitar pukul 07.00, Sarapan di jalan menjadi pilihan terbaik, untuk menghindari macet dan menghemat waktu juga. Selama perjalanan, cuaca gak menentu. Dalam 1 waktu, langit sangat cerah, sinar matahari menembus kaca mobil, silau, lalu 15 menit kemudian tiba-tiba awan menjadi gelap, tak ada lagi sinar matahari. Begitu terus. Kami juga sempat was-was waktu masuk Jakarta, hujannya amat sangat deras, langitnya gelap, waah.. betul-betul bukan cuaca yang tepat untuk berpiknik. Tapi, saya tetap berdoa, semoga cuaca di pantai nanti akan berbeda.
Sesampainya di hotel, memang ternyata hotelnya berbeda dengan yang saya bayangkan. Di bayangan saya, Hotel Mambruk ini ya seperti hotel pada umumnya, gedung bertingkat dengan banyak kamar. Tapi ternyata, kamarnya berupa cottage, tidak bertingkat, dan tersebar di area hotel. Bahkan untuk lobbynya pun, tidak di dalam gedung. Unik, kami mengantri di belakang mobil yang terparkir depan lobby, pengemudinya sedang check in di bagian resepsionis. Setelah selesai check in, mobil depan langsung dipandu oleh room service untuk menuju cottagenya. Setelahnya giliran kami, setelah check in, kami diarahkan menuju salah satu cottage.
Sesampainya di cottage, Kukuh langsung jalan-jalan di sekitarnya, mencari tahu sedekat apa kami dengan pantai. Maklum, ia agak-agak parno, mengingat Anyer baru saja diterpa oleh tsunami beberapa tahun lalu. Ia juga sudah memastikan titik-titik yang harus segera dituju jika terjadi gempa. Alhamdulillah, tidak terjadi apa-apa. Kami sampai hotel kisaran Ashar, cuacanya suprisingly sangat cerah, panas, tidak ada mendung sedikitpun. Maka setelah istirahat sebentar, kami menuju pantai di sore harinya. Berkali-kali mengucap syukur karena semua yang dikhawatirkan tidak terjadi. Saya bisa mengajak Arsy bermain di pantai tanpa merasa khawatir.
Pertama kali bermain ombak, Arsy agak-agak takut. Maklum, kala itu pertama kalinya ia merasakan air yang bergelombang seperti itu. Tapi, tidak butuh waktu lama, ia mulai menikmati dan memaksa saya untuk mengajaknya terus ke tengah-tengah pantai.
Di malam harinya, karena kami merasa kehabisan tenaga dan agak malas untuk keluar Hotel, kami memutuskan untuk makan malam di restauran hotel. Sebenarnya, rasanya enak, hanya saja porsinya sedikit dengan harga yang lumayan fantastis. Hehe. Hari setelahnya, barulah kami mencoba makan seafood yang lumayan terkenal, di Ikan Bakar BM. Di sana, harganya masih masuk akal, dengan rasa yang luar biasa tidak mengecewakan.
Mengenalkan pantai, laut, pemandangan langit yang terbenam pada Arsy, membuatnya terperangah. Begitu indahnya, cantiknya ciptaan Allah. Sangat menyenangkan rasanya, mengenalkan betapa indah alam semesta ini lewat mata kepala sendiri, bukan lagi lewat layar ataupun buku. Bahkan, di malam hari, saya berkali-kali mengucap tasbih tiap melihat langitnya. Meskipun sudah malam, langit tidak segelap itu, banyak sekali bintang dan bulan yang bersinar dengan terangnya, bahkan kami bisa mengamati pergerakan awan sejelas itu. Minimnya polusi, membuat saya bisa melihat langit yang sesungguhnya.
Saya betul-betul menikmati perjalanan kali ini. Tidak hanya saya, Kukuh dan Arsy pun terlihat sangat senang, apalagi Arsy. Sampai sekarang, pantai menjadi tempat favoritnya. Alhamdulillah. Jadi, kalau teman-teman kebingungan memilih hotel di Pantai Anyer, bisa coba Hotel Mambruk Anyer ini. Sangat memuaskan.
Monday, 5 December 2022
Rekomendasi Series Remaja Bertema Misteri Pembunuhan
Dari dulu, saya paling senang menonton film atau series yang penuh teka-teki. Film dengan tema crime dan misteri, pasti selalu jadi pilihan utama saya. Apalagi, kalau settingnya sekolahan. Genre misteri yang set up nya sekolah, menurut saya lebih memberikan banyak warna, juga bikin kangen masa-masa waktu sekolah (meski saya gak pernah ya menjadi bagian dari tindak kriminal di sekolah). Kalau kamu punya ketertarikan yang sama dengan saya, kamu boleh cek series yang akan saya ulas di sini.
1. Pretty Little Liars
Ini adalah series genre crime mystery dengan set up sekolah yang pertama kali saya tonton. Pretty Little Liars bercerita tentang 5 sahabat (Alison, Hanna. Spencer, Aria, dan Emily). Kelima sahabat ini dekat sejak mereka kecil, namun menjadi renggang semenjak tragedi yang menimpa Alison. Alison (yang paling dominan di antara kelimanya), tiba-tiba menghilang pada saat kelimanya sedang mengadakan pesta di tempat Spencer. Setahun setelahnya, Alison ditemukan tewas terkubur di halaman belakang rumahnya. Sejak saat itu, keempat anggota lainnya, mulai mendapatkan pesan misterius dari seseorang yang mengaku 'A'. Teror dari 'A' ini gak main-main, entah bagaimana caranya, ia bisa mengetahui semua rahasia 4 sahabat tersebut. Teror yang awalnya disangka sebagai ancaman-ancaman iseng, berujung dengan ancaman pembunuhan nyata.
Series ini terdiri dari 7 season, dengan jumlah episode sebanyak 20an di setiap seasonnya. Ini termasuk series yang selalu saya tunggu-tunggu tayangnya, karena di setiap akhir episode, seringkali memunculkan clue mengenai 'A'. Tapi sayangnya, series ini mulai menjenuhkan ketika masuk season-season akhir. Mulai season 4, saya ngerasa karakternya semakin banyak, banyak yang terlibat dan plotnya jadi super bercabang. Apalagi, tokoh 'A' yang semakin gak masuk akal karena rasanya jadi seperti dewa banget, selalu selangkah di depan, cerdas luar biasa.
Yang bikin saya bertahan pada akhirnya adalah chemistry yang terjadi pada pemain, pemain utama maupun pemain pendukung. Jadi, yang tadinya fokus dengan kasus Alison dan misteri 'A', ujung-ujungnya saya malah menanti-nanti adegan yang memunculkan karakter favorit saya, Spencer. Ah I love her! Anyway, PLL ini juga diadaptasi ke series Indonesia dengan judul yang sama. Salah satu pemainnya Anya Geraldine, kalau gak salah. Saya baru nonton 1 episode dan gak lanjut lagi karena beberapa alasan, salah satunya pemilihan artis yang memerankan karakter-karakternya, kayak kurang pas aja.
2. Riverdale
Sama-sama memiliki latar belakang sekolah, series ini memiliki premis tentang misteri kematian misterius seorang remaja lelaki bernama, Jason Blossom, yang ditemukan mengambang di sungai. Inti ceritanya adalah petualangan Archie dan kawan-kawannya dalam memecahkan misteri pembunuhan Jason. Sebenarnya, agak berat untuk memasukkan series ini ke dalam list series remaja. Meskipun, karakter-karakternya adalah anak sekolahan, namun keterlibatan orang-orang di kota kecil ini cukup rumit. Sama seperti Pretty Little Liars, karakter dalam series ini lumayan banyak (banget), tapi pada series Riverdale, sepertinya lebih banyak orang-orang dewasanya. Malah, menurut saya, ini jadi seperti drama orang tua mereka, karena mereka betul-betul seterlibat itu dalam setiap masalah.
Baca Juga : Hidup Biasa-Biasa Saja Ala Alain de Botton
Jika dibandingkan dengan Pretty Little Liars, Riverdale punya plot yang lebih bercabang lagi. Berbeda dari Pretty Little Liars selama 7 season fokus di A, Riverdale seperti punya fokus yang berbeda di tiap season, sehingga misteri kematian Jason Blossom sulit untuk dikatakan sebagai premis series ini. Sama seperti kesan menonton PLL yang tak kunjung usai, akhirnya, saya menikmati Riverdale bukan lagi karena plot ceritanya, namun lebih karena pemain-pemain yang punya chemistry satu sama lain, I'm in love with Cami of course!
3. One Of Us Is Lying
Series ini baru saja menyelesaikan season 2 nya. Melihat ending season 2nya, saya rasa masih akan ada season selanjutnya. Jadi apa yang saya tulis ini, hanya berdasar apa yang saya tonton selama 2 season. One of Us is Lying bercerita tentang 5 remaja, Simon, Browyn, Nate, Addy, dan Cooper yang secara janggal sama-sama mendapatkan hukuman disiplin sepulang sekolah. Di ruangan disiplin hanya ada mereka dan 1 guru pengawas. Tragedi terjadi saat Simon meminum air yang disediakan di ruang tersebut dengan gelas yang juga tersedia. Tak berselang lama, Simon terlihat seperti sesak, nafasnya tersenggal-senggal, meminta pertolongan. Sang guru sedang di luar ruangan, keempat siswa lainnya mencoba mencari pertolongan, namun semuanya terlambat. Simon tewas karena alergi kacang, yang ternyata ada dalam air yang dia minum. Dari penyelidikan polisi, disimpulkan bahwa tewasnya Simon adalah karena pembunuhan.
Misteri pembunuhan Simon menjadi berita besar, apalagi karena orang tuanya Simon merupakan pejabat setempat. Keempat remaja yang berada di tempat dan waktu yang sama dengan Simon saat itu, menjadi tersangka utama, orang-orang memanggil mereka Murder Club. Merasa tidak bersalah, Murder Club mulai bekerja sama mencari tau dalang dibalik semuanya, yang berujung dengan petualangan yang rumit. Pasalnya, hampir seisi sekolah membenci Simon. Ia seperti black box, menyimpan semua rahasia murid-murid sekolah. Simon memiliki situs yang secara rutin memuat tentang rahasia-rahasia kelam yang dimiliki para murid. Jadi, banyak orang-orang di luar Murder Club yang punya motif untuk melakukan pembunuhan terhadap Simon.
Baca Juga : 5 Love Language, Memahami Bahasa Cinta Pasangan
One Of Us Is Lying ini agak mirip dengan Pretty Little Liars. Vibes anak sekolahnya sangat terasa. Cuma, untuk masalah kemampuan acting dan chemistry, saya ngerasa ada yang off gitu dari series ini. Lalu juga, sering saya mendengar dialog cringe yang bikin saya bergumam "naon sih?". Ada sedikit harapan ketika melihat Browyn, si paling cerdas, menjadi bagian dari petualangan tersebut, karena ya... pintar, seperti bagaimana Spencer di Pretty Little Liars banyak menemukan solusi kreatif, meskipun selalu kacau di urusan percintaan. Tapi, ternyata memang tidak sesuai ekspektasi. Melelahkan dan gemas rasanya melihat si pintar ini yang justru sering blunder dan membawa masalah baru pada teman-temannya. Termaafkan karena hubungan romantisnya dengan Nate yang lumayan menyegarkan mata.
Itu adalah 3 rekomendasi series remaja dengan tema misteri pembunuhan. Adakah yang jadi favorit kamu? Atau ada series lain yang kamu ingin rekomendasikan? Let me know!
Tuesday, 22 November 2022
Review Skincare : Erha 10 Home Peeling 1 dan Erha 11 Home Peeling 2, Eksfoliasi Mudah di Rumah
Produk eksfoliasi kulit yang bagus, sudah banyak bertebaran di luar sana. Saya sendiri, merasa kalau eksfoliasi itu salah satu treatment yang penting. Mengangkat sel kulit mati akan membuat produk skincare yang kita pakai sehari-hari, lebih menyerap dan bekerja secara optimal. Ada 2 jenis produk eksfoliasi kulit, yang physical dan juga yang chemical. Dari namanya, kita bisa langsung paham ya, physical exfoliator adalah produk eksfoliasi yang menggunakan butiran scrub untuk mengangkat sel kulit mati, sedangkan chemical exfoliator adalah produk eksfoliasi yang menggunakan zat aktif yang dapat mengangkat sel kulit mati, contohnya AHA.
Saya sendiri, sebetulnya merasa kalau keduanya punya plus minus. Physical exfoliator seringkali tidak bersahabat dengan kulit sensitif, beberapa produk punya scrub yang terlalu besar sehingga meningkatkan resiko iritasi akibat gesekan scrub dengan kulit. Namun, physical exfoliator menurut saya paling ampuh dalam mengatasi komedo-komedo, terutama komedo di bagian hidung, bisa langsung bikin hidung mulus seketika. Sedangkan untuk chemical exfoliator, meskipun painless, saya ngerasa kurang nendang di kulit, kulit gak otomatis kerasa mulus dan bersih seperti yang biasa dirasakan saat memakai physical exfoliator.
Uniknya, produk yang akan saya review kali ini, terdiri dari 2 jenis exfoliator tersebut, dan keduanya dipakai bersamaan, saling melengkapi. Produk keluaran Erha ini sengaja dibuat untuk kita yang ingin melakukan treatment ekfoliasi di rumah, makanya namanya adalah Erha Home Peeling. Seperti yang tadi saya sebutkan, Erha Home Peeling ini terdiri dari 2, yaitu Erha 10 dan Erha 11, saya gak tau 10 dan 11 ini kode apa, tapi memang pemakaiannya dilakukan berurutan, pertama Erha 10 lalu dilanjutkan dengan Erha 11.
Basically, Erha 10 Home Peeling ini adalah chemical exfoliator. Ia mengandung glycolic acid sebanyak 5% dan lactic acid sebesar 4,5%. Teksturnya krim dengan konsistensi yang padat, seperti mentega. Sedangkan Erha 11 Home Peeling ini adalah keduanya, ya chemical, juga physical. Ia juga mengandung glycolic acid sebesar 10%. Meskipun begitu, Erha 11 Home Peeling memiliki tekstur yang berbeda karena mengandung scrub halus di dalamnya.
Cara pemakaiannya juga mudah, bahkan bisa dilakukan sambil rebahan atau ngedrakor. Yang pertama, cuci wajah menggunakan sabun hingga bersih, lalu oleskan Erha 10 Home Peeling 1 ke seluruh permukaan kulit. Setelahnya, diamkan selama 30 menit. Sesudah 30 menit, lanjut dengan mengoleskan Erha 11 Home Peeling secukupnya ke seluruh wajah, dan pijat dengan gerakan memutar selama kurang lebih 1 menit. Setelah itu, bilas dan keringkan. Sangat mudah kan?
2 kombo ini ampuh banget buat bersihin kotoran di muka saya. Pasca treatment emang kulit kelihatan lebih merah, namanya juga abis exfoliasi ya, cuma kulit jauh lebih halus dan kerasa lebih ringan (mungkin ini semacam sugesti karena kotoran seperti sudah terangkat, ya). Kalau besok-besoknya disambung dengan pemakaian skincare secara rutin, bakal ngerasa kalau skincare kalian jadi lebih ngefek (jelas lah ya, kan lapisan kulit matinya mulai terkikis!). Sejauh ini, 2 produk ini merupakan exfoliator favorit saya. Dibandingkan produk-produk eksfoliasi sebelumnya, yang bikin kulit cekat-cekit gak nyaman, 2 produk ini jauh lebih bersahabat di kulit saya.
Baca Juga : Review Skincare : Somethinc AHA BHA PHA Peeling Solution
Sejauh ini, sampai produknya sudah habis, saya gak nemu kesan negatif selain ukurannya yang mungil. Masing-masing hanya berukuran 10 gr dengan harga berkisar 150.000 untuk bundling kedua produk (saat promo). Tapi, karena dipakainya juga paling sering seminggu sekali (tergantung waktu senggang), lumayan awet. Oh ya, karena produk-produk yang saya ulas ini menggunakan AHA yang memungkinkan membuat sensitifitas kulit terhadap matahari jadi meningkat, maka sangat wajib hukumnya menggunakan sunscreen dengan tepat. Kalau bisa, ya hindari aktivitas outdoor. Kalau saya, biasanya kalau emang mau ada aktivitas di luar ruangan, sehari sebelumnya saya gak akan melakukan treatment ini.
Diclaimer: Artikel ini ditulis atas pengalaman pribadi penulis, bukan sponsor maupun endorsement.