Sunday 30 September 2018

Aku Kembali Ke Bandung, Kepada Cintaku yang Sesungguhnya

Senang rasanya bergabung dengan komunitas yang punya minat menulis sama seperti saya. Selain untuk ajang sharing, saya juga bisa dapat inspirasi menulis dari sini. Salah satunya adalah artikel yang saya tulis sekarang. Berkolaborasi dengan Bandung Hijab Blogger, saya akan bercerita tentang 5 hal yang membuat saya jatuh cinta dengan kota kelahiran saya,  The Paris Van Java, Kota Kembang, ya, Bandung.

https://www.instagram.com/bandunghijabblogger/

Walaupun saya menghabiskan hidup 27 tahun di Bandung, bukan berarti mudah bagi saya untuk mengangkat tema ini. Bukan karena gak punya ide untuk bercerita, tapi justru karena saya takut ulasan ini gak cukup mewakili keindahan dan kecintaan saya pada Kota Bandung. Baru-baru ini saya memang menomorduakan Bandung, karena harus ikut suami kerja pindah-pindah kota. Tapi justru karena sekarang saya banyak menghabiskan waktu di luar Bandung, saya jadi tau betul apa saja yang bikin saya rindu akan Kota ini, yang gak bisa saya temuin di kota lain. 5 hal ini juga adalah alasan-alasan bahwa saya yakin Bandung akan selalu menjadi kota yang paling saya cinta, tempat saya kembali.

Source: www.hariansejarah.co.id
1. Makanannya

Source : google.com
Kuliner Bandung emang juara. Saking terkenalnya, di luar Bandung saya sering ketemu sama penjual-penjual makanan yang melabeli dagangannya dengan embel-embel Bandung. "Cireng Bandung", "Siomay Bandung", "Cilok Bandung", eh tapi pas dicobain, rasanya jauh dari punyanya Bandung. Saya kan jadi merasa tertipu, dan baru sadar, kalau makanan ternyata ada KW nya juga.

Dulu, waktu saya masih LDR an sama suami, saya sering ngejek dia tiap dia pulang ke Bandung. Tiap dia main ke Bandung, semua makanan dipesen. Ngidamnya macem-macem dan dimakan di satu hari yang sama. Ya martabak lah, seblak, mie ayam, bakso, siomay, selama belum distop, ya gak akan berhenti. Sampai akhirnya saya juga merantau ke luar Bandung, saya ngerasain hal yang sama. Lapar mata yang membabi buta tiap ngeliat jajanan-jajanan Bandung. Rasanya ingin saya beli gerobak dan penjual-penjualnya, biar disuruh jualan di Lampung aja. Tapi tentu saja gak mungkin, karena saya bukan Hotman Paris.

Alhasil saya mencari cara supay bisa menikmati makanan, terutama jajanan Bandung di sini. Satu-satunya cara adalah masak sendiri. Jadilah saya mengunduh cookpad, mencari dan mencoba resep-resep yang ada. Dari mulai seblak, cilok, cimplung, dan aneka masakan yang saya pikir gampang, tapi ternyata sulit. Cilok buatan saya berakhir seperti lem fox yang dibekukan, gak ada rasa, sulit ditelan. Tapi tentu, suami tetap (terpaksa) makan, biar saya gak pundung dan mogok masak.

2. Cuacanya! 

Source: www.pinterest.com
Walaupun saya sering mengeluh di media sosial tentang cuaca Bandung yang bikin males mandi, bahkan males untuk sekedar turun dari kasur, saya selalu kangen dinginnya Bandung. Walaupun Bandung di siang hari tetap panas, tapi pagi dan malamnya tetap juara. Makanya biasanya kalau hari libur, saya lebih suka menghabiskan waktu di rumah. Cuacanya enak untuk ngemil-ngemil di rumah sambil nonton maraton.

3.Orang-Orangnya! 

Banyak yang bilang orang Bandung ramah-ramah, saya setuju, seenggaknya itu juga yang saya rasakan. Mungkin bagi yang gak biasa dengan keakraban orang Bandung, bakal mikir kalau mereka SKSD dan sedikit kepo. Tapi, biasanya sih mereka gak bermaksud menyebalkan. Dan gak semuanya seperti itu. Saya sendiri bukan tipe yang senang basa basi dan dekat dengan orang lain. Biasanya saya malah suka awkward kalau ketemu orang baru, tapi malah dilabeli jutek, padahal mah saya juga bingung mau ngomong apa.

Wanita Sunda yang paling representatif bagi saya adalah Ibu. Ibu adalah wanita terramah yang saya kenal. Beliau cepat akrab dengan orang lain, mau sama teman komplek, teman madrasah, teman darmawanita, bahkan Ibu ini udah dikenal sama Kang Sol Sepatu, Kang Penjait, Kang Rumput, dan Kang-Kang lainnya. Ibu bisa cepat akrab dengan orang lain tanpa bersikap menyebalkan atau kepo dan usil. Semua teman saya juga tau, Ibu lebih eksis dibanding saya. Beliau juga pernah meledek teman Facebook saya yang jumlahnya gak sebanyak temannya. (-_-) Gak hanya di Facebook, eksistensinya merambah ke dunia Instagram. Alhamdulillah beliau lupa passwordnya.

Selain itu, ada banyak orang-orang yang punya kontribusi positif ke Bandung. Orang-orang nyentrik yang saya kagumi karya-karyanya. Contohnya Ayah Pidi yang saat ini sedang dikagumi banyak orang karena karyanya yang berjudul Dilan. Saya termasuk salah satu dari jutaan penggemarnya. Saya sering mengulang trailer film Dilan hanya untuk mengenang Bandung di tahun 90 an, jalanan yang kosong, pohon-pohon rindang, duh adem Gusti...

Source : www.initasik.com
Selain itu, jelas keluarga dan sahabat-sahabat saya. Tentu saya punya kenalan dari luar Provinsi, Pulau, bahkan Negara, dan kami berteman baik. Tapi di sini, saya punya sahabat aneh yang kelakuannya ajaib dan menyebalkan, tapi anehnya saya bisa bersahabat lama dengannya sampai lebih dari 10 tahun, dan akan terus seperti itu. Aamiin. Level pertemanan saya dengannya sudah sampai ke level "gak ngatain maka gak sayang".

4. Basa Sunda na Tea!

Source: www.google.com
Saya emang gak fasih berbahasa Sunda, karena dari kecil terbiasa berbahasa Indonesia di lingkungan keluarga. Bukan karena orang tua saya melarang saya untuk berbahasa sunda, tapi karena skill bahasa sunda saya "kurang anggun" alias kasar. Bapak dan Ibu selalu melarang saya menggunakan sunda kasar, tapi sulit sekali untuk menghilangkannya karena pengaruh lingkungan sekolah. Ya gak sih? Puncaknya waktu saya gak sengaja bilang "teuing" di rumah, Bapak bilang "Gak usah pakai Bahasa Sunda kalau gak bisa pakai bahasa sopannya!" *Jleb* Hahaha. Makanya sampai sekarang saya suka geli-geli sendiri kalau ada cewek yang ngomongnya "aing" "aing". Btw, ada yang tau kenapa "aing" ini jadi banyak dipake?

Balik lagi ke topik, akhir-akhir ini saya rindu dengan bahasa ini. Walaupun biasanya saya chatting dengan sahabat saya menggunakan mixing Indo-sunda, tapi tetap saja, saya kangen dengan logat sunda. Kangen dengan embel-embel "teh", "mah", "atuh".

Ada satu moment yang bikin saya makin sadar bahwa saya serindu itu dengan Bahasa Sunda. Jadi, ceritanya saat itu saya sedang di pasar. Karena di Lampung mayoritas penduduknya orang Jawa, sehari-hari yang saya dengar ya Bahasa Jawa. Walaupun saya ini blasteran Jawa, tapi skill Bahasa Jawa saya hanya sebatas sampeyan, sumuk, dan ireng. Tiba-tiba, di tengah hiruk pikuk dan celotehan Jawa, saya mendengar ibu-ibu ngomong ke anaknya "Cik maneh dagoan heula diditu meh teu cangkeul!" (artinya: Kamu tunggu di sana biar gak pegal!). Saya terpana, terharu, bagai menemukan rumah. Saya senyum-senyum sendiri liatnya.

Kejadian lain yang bikin saya senyum-senyum kalau inget juga terjadi lagi di pasar beberapa hari setelahnya. Waktu ada ibu-ibu nyempil-nyempil di belakang saya, dia bilang permisi, saya refleks jawab "mangga..", terus dia bales "bukan, aku mau cari jagung.."
Heeee...

5. Ridwan Kamil

Source: www.tribunnews.com
Awalnya saya ingin menulis tentang fasilitas umum Kota Bandung yang apik, terutama taman-tamannya. Tapi tentu saya gak bisa sebut satu-satu. Saya sadar bahwa semuanya tertuju pada satu orang, Kang Emil! Walaupun sudah bukan Walikota, tapi saya selalu melihat perubahan Bandung ini karena jasa-jasa beliau. Selain itu, baru kali ini saya merasa "dekat" dengan pemimpin Bandung. Beliau punya karakter dan kharisma yang unik, sulit rasanya untuk gak kagum.

Itu adalah 5 hal teratas yang bikin saya cinta banget sama Bandung. Meskipun begitu, masih banyak daftar-daftar hal menyenangkan lainnya dari Bandung yang gak mungkin saya jelaskan semuanya karena keterbatasan saya merangkai kata (tsah). Tapi tenang, kalian bisa liat tulisan teman saya yang punya kecintaan yang sama besarnya dengan Kota Bandung, tulisannya Teh Imanda Ayu.

Sampai bait-bait terakhir ini, saya masih belum puas dengan tulisan tentang Bandung ini. Betul yang saya bilang di awal, rangkaian kata-kata ini gak cukup untuk mewakili betapa spesialnya Kota Bandung. Meminjam kata-katanya Ayah Pidi Baiq, "Dan Bandung, bagiku, bukan cuma masalah Geografis. Lebih jauh dari itu melibatkan Perasaan, yang bersamaku ketika sunyi".

Sejauh apapun saya merantau, Bandung tetap yang terunggul di hati saya. Kemanapun nantinya saya pergi, tetap..
"Aku kembali ke Bandung, kepada cintaku yang sesungguhnya."

Continue reading Aku Kembali Ke Bandung, Kepada Cintaku yang Sesungguhnya

Sunday 23 September 2018

,

Tutorial Glass Skin Make Up untuk Kulit Berminyak

Sebelumnya saya gak pernah nyoba yang namanya glass skin make up. Thank God saya bisa berkesempatan untuk berkolaborasi dengan Beautisquad untuk mengangkat tema ini. 
Glass skin sebenarnya sudah dipopulerkan di Korea semenjak setahun yang lalu. Istilah glass skin sendiri mengacu pada kondisi kulit yang sangat halus, mulus, tanpa noda, sehat berkilau, licin, yang kata orang bisa bikin lalat kepeleset di muka saking licinnya (tapi saya yakin, ini hoax). Sebenarnya glass skin ini awalnya bukan suatu teknik make up, tapi lebih kepada kondisi kulit yang sehat dengan penggunaan skincare yang tepat.

Tapi, untuk kaum-kaum seperti saya, yang punya banyak flaw di wajah, glass skin ini gak bisa dicapai tanpa make up. Makanya, seiring berjalannya waktu, glass skin make up ini cukup menggugah orang-orang yang ingin tampil flawless, bening, dan bercahaya dalam sekejap.

Sebenarnya membuat make up yang glowy, dewy, basah-basah gitu sih bukan hal yang sulit. Apalagi buat yang kulitnya kering, kalian tinggal banyak-banyakin aja produk yang dikhususkan untuk kulit kering. Tapi untuk kulit berminyak sepertiku (yang super duper berminyak, loh ya), glass skin make up ini cukup tricky. Kenapa?
  1. Kalau pakai produk yang terlalu lembab, bukannya glass skin yang didapat, tapi "kilang minyak"skin.
  2. Kalau pakai produk matte yang biasa, jadi mulus sih, tapi jadi kurang bercahaya (Walaupun biasanya hasil make up matte di wajah saya hanya bertahan sejam saja, setelah itu sudah muncul bibit-bibit minyak)
Lalu, akhirnya setelah beberapa percobaan saya simpulkan ada 3 tips yang bisa kalian lakukan untuk membuat glass skin make up di kulit oily, tanpa membuatnya jadi "kilang minyak skin".

Sebelum saya mulai, ada baiknya saya perlihatkan foto bare face saya yang sebenarnya jauh dari flawless.


1. Gunakan produk base matte dan dewy secara imbang

Sebelum menggunakan make up, saya menggunakan moisturizer dari Wardah dan Farsali Rose Gold Elixir agar wajah ekstra lembap. Namun, setelahnya saya tetap menggunakan primer dari Benefit The Porefessional di bagian pipi dan hidung, untuk meringkas pori saya yang besar. Pori yang tersamarkan akan membuat tekstur wajah lebih halus.

Setelah itu saya mengguakan foundation dari Make Over, yang coveragenya medium. Foundation ini memiliki finish satin, jadi pas untuk kulit saya yang berminyak. Gak terlalu benyek. Kalau kalian punya dan suka, kalian juga bisa gunakan contour cream seperti saya, tapi gak usah terlalu banyak.

Harus digarisbawahi bahwa penggunaan produk yang teksturnya cream atau liquid, akan menghasilkan kulit yang lebih bercahaya dibandingkan dengan produk powder. Makanya, di sini saya gunakan blush on cream dari Innisfree.

Sebenarnya, itu sudah cukup untuk membuat kulit kalian terlihat dewy. Tapi, lagi-lagi, saya masih gak suka dengan hasil akhir yang terlalu benyek gini. Selain terlihat kucel, Gak nyaman juga rasanya. rambut saya jadi sering nempel di pipi saking lengketnya. Gak kebayang kan kaau rambut aja bisa nempel, apalagi debu-debu yang berterbangan? Yikes.

Muka benyek-benyek, rambut nempel-nempel, gak nyaman huhu.
Oleh karena itu, di sini saya tetap baking seluruh wajah (karenya emang saya minyakannya gak tanggung-tanggung, semuka-muka!), seperti yang biasa saya lakukan. Pikir saya, saya masih bisa mengandalkan highlighter dan minyak alami di wajah saya. Ternyata ada untungnya saya berpikir seperti itu. Hehe.  


Make up andalan. Saya biasanya berhenti sampai tahap ini. Super matte.

2. Gunakan produk yang menganduk shimmer dan lipgloss

Warna-warna shimmer akan memberikan kesan bercahaya. Tapi penggunaan produk shimmer juga harus hati-hati, karena shimmer akan menonjolkan tekstur kulit. Produk shimmering yang saya gunakan di sini adalah eyeshadow dan highlighter


Karena saya  meminimalisir penggunaan minyak di wajah, saya butuh produk yang akan membantu kulit saya lebih bercahaya. Eyeshadow dan highligher ini membuat kulit saya terlihat lebih licin dan silau *pret!* saat terkena cahaya. Karena saya gak punya highlighter yang mumpuni, Thank God, palet eyeshadow Inez ini multifungsi. Warna shimmernya bisa dipakai juga sebagai highlighter.

Selain itu, saya juga tambahkan lip gloss di atas lip cream yang biasa saya gunakan, untuk menciptakan efek hinyay tingkat kelurahan.

3. Glowy dengan Air

Karena setting spray khusus kulit kering bakal bikin kulit saya kembali minyakkan, dan setting spray untuk kulit berminyak bakal bikin kulit saya kurang bercahaya, saya memilih untuk menyemprot wajah dengan Evian Natural Mineral Water Spray. Evian ini adalah kunci glass skin make up saya, selain highlighter tentunya. Evian ini membuat wajah menjadi terlihat lebih basah, tanpa merusak make up. Dia seperti mengunci make up saya sekaligus menahan minyak saya tanpa berlebihan. Jadi pas.

Jadi, ini hasil akhirnya. Awalnya saya underestimate dengan glass skin make up, karena rasanya akan terasa berat dan lengket. Tapi, setelah saya coba 3 tips tadi, rasanya nyaman banget. Ringan, natural, dan kulit wajah terlihat lebih sehat. Mungkin ini akan jadi make up andalan saya yang baru. Kalau kalian gak punya, mungkin kalian bisa pakai air putih yang dimasukkan kedalam botol spray. Tapi ingat, nyemprotnya jangan terlalu dekat dengan wajah. Selamat mencoba!

Mudah kan? Ini hasil akhirnya.



Di tampilan kali ini, saya menggunakan produk-produk :

FACE :
Farsali Rose Gold Elixir
Wardah Aloe Hydramild Moisturizer Cream
Erha21 Acne Care Lab Sun Friendly
Benefit The Porefessional Face Primer
Make OverUltra Cover Liquid Matt Foundation 05
L.A Girl Pro Conceal Toast
Innisfree Smart Drawing Blush 03 
Make Over Blush On 03
Inez Color Contour Plus Eye Shadow 05 Venice 
LT Pro Translucent Powder
Evian Natural Mineral Water Facial Spray

EYES:
Inez Color Contour Plus Eye Shadow 05 Venice
Maybelline Hypersharp Liner
Maybelline Magunum Volum Express Mascara
Sofierce Fake Lashes
Blink Charm Eyelashes Glue

LIP
Vaseline Lip Therapy Aloe
Wardah Lip Cream 11 Oh So Nude
Wardah Wonder Shine Clear

Kalau kalian ingin tau step step lain untuk dapetin glass skin make up, kalian juga bisa liat hasil make upnya Lailatun Naimah :


Nah, yang ini hasil karya teman-teman Beautisquad yang lain :




Gimana menurut kalian? Apa kalian juga suka dengan glass skin make up? Atau lebih suka make up yang hasilnya matte?



Continue reading Tutorial Glass Skin Make Up untuk Kulit Berminyak

Thursday 13 September 2018

,

REVIEW: Hatomugi Skin Conditioner, Hydrating Toner yang Gak Habis-Habis!

Produk yang saya ulas kali ini tentu gak asing bagi kalian, apalagi buat kalian yang selalu pakai hydrating toner sebagai salah satu step skincare. Walaupun kulit saya super duper berminyak, saya selalu penasaran dengan produk-produk hydrating toner. Yang saya tahu, selain dapat memberikan kelembapan, hydrating toner juga membantu skincare selanjutnya agar meresap kedalam kulit dengan optimal. Meskipun begitu, gak semua produk hydrating toner cocok dengan kulit saya, makanya saya juga jarang review tentang produk-produk hydrating toner, karena memang saya belum nemu yang cocok. Kebanyakan malah bikin kulit jadi gak kekontrol, sebagian berminyak, sebagian kering. Kalau kata sahabat saya sih, namanya 'gradakan'.


Hingga pada suatu kali, review tentang Hatomugi Skin Conditioner (selanjutnya kusingkat HSC) berseliweran di youtube. Jelas produk ini sudah sering saya lihat di drugstore seperti Watson, Guardian, tapi belum tertarik untuk nyoba karena gede banget. Tapi karena teman saya bilang kalau produk ini 'worth to buy banget' (oh dia bukan anak Jaksel, btw), tentu saja iman saya selalu goyah kalau diracun oleh teman sendiri. 

KEMASAN


Dikemas dalam botol plastik 500 ml yang super gede dan kayaknya ini lebih cocok disimpan di rumah, agak sulit untuk dibawa bepergian. Botolnya mirip dengan Alkaline Water yang merk Eternal Plus. Haha. Untuk lubang botolnya, ukurannya pas, gak bikin produknya berceceran saat dituang.

KLAIM


HSC ini dikatakan mengandung ekstrak tumbuhan alami Hatomugi (Coix Seed), yang memiliki beberapa kegunaan, yaitu:
  1. Merupakan pelembap dan lotion yang tidak lengket, yang dapat menembus ke daerah kulit kering
  2. Memrawat kehalusan, dan mengurangi kekasaran
  3. Bisa dijadikan masker dengan cara dituang ke kapas dan ditempelkan ke wajah selama 10 menit
  4. Dapat menenangkan kulit setelah terbakar sinar matahari, dan memiliki efek pendinginan
KANDUNGAN

Water, Dipropylene Glycol, Butylene Glycol, Glycerin, Dipotassium Glycyrrhizate, Coix Lacryma-Jobi (Job's Tears) Seed Extract, Styrene/ Acrylates Copolymer, Alcohol, Citric Acid, Sodium Citrate, Methylparaben, Prophyparaben.

Di sini juga dituliskan bahwa HSC ini banyak mengandung bahan-bahan alami, sehingga sangat mungkin jika terjadi pengendapan/residu putih di dalam botol. Meskipun begitu, hal ini tidak mempengaruhi kualiatas produknya. Lalu yang melegakan adalah, produk ini tidak mengandung pewarna dan juga pewangi, sehingga buat kamu yang kulitnya sensitif juga bisa pakai.

AROMA

Gak ada wanginya sama sekali. Sebenarnya sih ada, tapi samar banget wanginya. Kecuali kamu endus-endus dengan khusyu pasti menemukan satu aroma, tapi itu juga gak mengganggu,

TEKSTUR

Benar-benar secair air. Dengan warnanya yang putih, produk ini ngingetin saya sama air cucian beras.

HASIL PEMAKAIAN

Saya beli produk ini sekitar 2 bulan yang lalu. Selama 2 minggu saya pakai HSC ini dengan cara dituang ke tangan lalu ditepuk-tepuk pelan ke wajah. Saat itu kondisi wajah saya lagi adem ayem, tapi setelah seminggu penggunaan HSC kok seperti muncul whiteheads di daerah pipi. Saya pikir mungkin karena hari-hari sebelumnya saya kurang mengonsumsi air putih. Ternyata setelah 2 minggu whiteheadsnya tetap ada, bahkan bertambah, padahal saya yakin betul saya sudah cukup mengonsumsi air putih dan buah-buahan. Setelah saya hentikan pemakaian, whiteheads perlahan-lahan menghilang.

Nah, baru-baru ini saya coba lagi di HSC karena sayang ngeliat produk ini nganggur. Tapi kali ini saya masukkan produknya ke dalam botol spray, sehingga penggunaannya tinggal disemprot-semprot ke wajah saja. 



Suprisingly, tekstur kulit saya malah lebih enak. Lebih lembap, tapi juga tidak berminyak. Sampai saat ini sih saya masih berpendapat kalau teknik spraying ini membantu si HSC bekerja lebih baik, setidaknya di kulit saya. Mungkin tangan saya memang banyak bakterinya, sampai-sampai skincarepun gak bekerja dengan baik. Haha. Di samping itu, hamdallah, akhirnya saya bisa pakai hydrating toner

Teksturnya yang cair, bikin cepat menyerap di kulit wajah, tanpa membuat kulit saya semakin berminyak. Malah yang saya rasakan, entah sugesti atau memang benar adanya, kulit lebih kenyal dan lembut kalau dipegang. Tentu ini juga tidak lepas dari bantuan rangkaian skincare saya yang lain.*pelukin satu-satu*

Oh ya, beberapa teman saya selalu menggunakan HSC ini sebagai masker seperti yang dituliskan pada kemasannya. Saya juga pernah, tapi menurut saya kok gak selembap itu. Saya malah ngerasa cairannya jadi cepat kering terserap kapas. Makanya, saya lebih suka semprot-semprot si HSC ini sampai benar-benar basah, lalu didiamkan hingga kering dengan sendirinya.

KESIMPULAN

+ Isinya banyak
+ Mudah ditemukan di drugstore
+ Harga terjangkau
+ Tekstur cair mudah menyerap
+ Membuat kulit lebih lembap
+ Tidak ada aroma apapun
+ Bebas fragrance dan pewarna
+ Multifungsi,bisa jadi masker
- Kemasan terlalu besar, coba dong dibikin yang ukuran 250 ml gitu :D

Harga : 90.000 untuk 500 ml
Nilai : 4/5
Beli lagi? Mungkin, tapi saya masih penasaran dengan brand lainnya.




Continue reading REVIEW: Hatomugi Skin Conditioner, Hydrating Toner yang Gak Habis-Habis!

Monday 10 September 2018

Explore Lampung: Nggruput, Car Free Daynya Pringsewu

Saya dan suami selalu menyempatkan untuk jalan-jalan di Minggu pagi, sekedar untuk menikmati udara segar atau melihat matahari terbit. Buat saya, dua hal itu selalu menjadi hiburan yang menyegarkan. Tempat ini memang khas dan sering jadi spot foto andalan orang-orang Pringsewu, karena komposisi matahari dan sawahnya yang hijau sangat ciamik untuk dipandang maupun difoto. Apalagi kalau datangnya lebih pagi, masih berkabut. Ah cinta deh!



Suatu kali, setelah kami selesai menikmati matahari dan udara segar, kami gak ada tujuan, lalu mau pulang kok ya agak malas. Akhirnya kami berdua muter-muter pakai motor, sampai akhirnya kami melihat puluhan bahkan ratusan motor terparkir di area Jl. Raya Pemda ini. "Wah, ada Car Free Day!"

Nggruput, di singkat dari Minggu Meruput, adalah kegiatan yang diadakan di Jalan Raya Pemda Pringsewu. Konsepnya sedikit mengingatkan saya akan Car Free Day, namun dengan skala yang lebih kecil. Saya yakin, orang-orang yang datang ke sini memiliki tujuan yang berbeda-beda. Ada yang ingin ikut senam pagi, atau ada yang hanya ingin menikmati kuliner-kuliner di sepanjang Jalan Pemda ini. Tentu saja, saya dan suami adalah golongan yang kedua.


Di sini, puluhan pedagang menyajikan beragam dagangan. Dari mulai pecel, gorengan, nasi uduk, gudeg, tahu gejrot, kue kue basah, bahkan ada juga yang jual es krim, padahal masih pagi. Hehe. Harga-harganya pun murah meriah. Saya sudah 3x ke sini dan selalu beli gudeg dan kelapa muda. Harga gudegnya beragam, tergantung menu yang dipilih, dan kelapa mudanya hanya 5.000 saja!

 
Yang paling saya suka di Nggruput ini tentu lokasinya. Jalan ini dikelilingi oleh sawah-sawah hijau. Jadi selain mengisi perut, cuci mata liat hijau-hijau. Makan gudeg dan minum kelapa di pinggir sawah udah cukup bikin saya bahagia.

Oke, cukup untuk perkulinerannya. Selain penikmat kuliner, tentu banyak yang datang ke sini dengan tujuan olahraga. Di sini kalian bisa ikut senam bersama, tapi belum pernah sekalipun saya ikut, karena selalu kesiangan setiap ke sini.


Sampai saat ini, Nggruput menjadi tujuan rutin saya tiap Minggu. Pastinya untuk sarapan, atau sekedar menghirup udara segar. Di sini suasananya ramai, bisa juga dijadikan tempat untuk jalan-jalan pagi dengan keluarga. Setiap saya ke sana juga selalu ada orang tua yang bawa anak-anaknya yang masih bayi. Oh ya, saya hampir lupa. Di Nggruput juga ada penyewaan buku lesehan. Jadi yang bingung mau ngapain tapi belum ingin pulang, bisa baca-baca juga di sini.

Continue reading Explore Lampung: Nggruput, Car Free Daynya Pringsewu

Wednesday 5 September 2018

REVIEW : Freeman Clay Mask Mint + Lemon, Clay Mask Untuk Kulit Break Out

Sejujurnya, aku sempat ilfil dengan masker Freeman semenjak aku coba yang varian cucumber. Selain bau yang menyengat, masker yang gak kering-kering, yaitu klaimnya yang sama sekali tidak terbukti dan malah membuat kulit wajah terasa aneh. Lembapnya terasa lengket, pokoknya gak nyaman. Setelah beberapa kali pemakaian, akhirnya kuhibahkan si Freeman Cucumber.

Sampai pada akhirnya Innisfree Jeju Volcanic Clay Mask ku habis, aku ingin cari clay mask lain. Selain karena praktis, model clay mask ini juga sangat membantu dalam mengeringkan komedo atau jerawat. Lalu gak sengaja, adik iparku sempat mention Freeman yang varian Mint dan Lemon ini, katanya enak banget. Awalnya sempat males nyoba si Freeman lagi, karena pengalaman pakai si Cucumber masih terngiang (halah). Tapi karena penasaran, dan si adik ipar ini kulitnya kinclong dan licin banget, yaahh representatif lah kalau bilang masker ini bagus di kulit.

Lalu akhirnya, postingan ini dibuat. Setelah lebih dari 10x pemakaian, akhirnya aku bisa menyimpulkan kalau masker ini emang oke di kulitku. Alasannya? Yuk simak!

KEMASAN


 Sama dengan produk Freeman yang lain, bentuknya tube berukuran 175 ml. Iya, emang produk-produk Freeman termasuk produk yang gak perlu eman-eman pakainya. Soalnya isinya buanyak banget, rasanya kayak gak habis-habis. Tapi gak perlu takut maskernya keburu kadaluarsa, karena masa pakainya 36 bulan, masih lama! Nah, untuk tiap varian, warna kemasannya beda. Untuk varian mint lemon ini,warnanya kuning. Syeger!

KLAIM

Klaimnya masker ini bisa mengurangi kadar minyak di wajah, menyamarkan pori, membantu menyegarkan dan mengontrol kulit yang lagi break out sehingga wajah lebih bersih. Kandungan lemon dan mint ini memang dipercaya dapat mengurangi produksi minyak di wajah, sehingga mencegah timbulnya jerawat.

KANDUNGAN


Water/Aqua/Eau, Bentonite, Kaolin, Propylene Glycol,Mentha Piperita (Peppermint) Oil, Citrus MedicaLimonum (Lemon) Peel Oil, Magnesium Alumunium Silicate, Titanium Dioxide, Disodium Edta, Sodium Polyacrylate, Menthylchoroisothizolinone, Methylisothiazolinone, Diazolidinyl Urea, Fragrance (Pafum), Geraniol, Limonene, Blue 1 (Cl 42090), Yellow 5 (Cl 19140).

AROMA

Ternyata varian ini juga memiliki bau lemon mint yang menyengat, karena memang mengandung parfum. Meskipun begitu, aromanya sedikit lebih baik dibanding yang cucumber.

TEKSTUR

Teksturnya berwarna hijau mint yang kental namun sangat mudah dibaurkan. Aku selalu menggunakan brush untuk mempermudah penggunaannya, tapi pakai tangan juga mudah kok.



HASIL PEMAKAIAN



Sebelum aku bahas tentang hasilnya, aku akan cerita tentang pengalamanku saat memakai masker ini. Dalam kemasannya dituliskan bahwa masker ini dipakai selama 7-10 menit saja, agar wajah tidak menjadi kering. Lalu hindari kontak dengan mata, mau tau kenapa? Ternyata di varian ini juga aku merasa masker ini punya aroma dan kandungan yang menyengat, sampai bikin mata perih. Jadi seringnya, aku tutup mata pada saat maskeran. Soalnya emang seperih itu, kadang bikin keluar air mata.

Saat olesan pertama di wajah, aku sudah berniat untuk menghibahkan lagi si Freeman varian ini. Tapi akhirnya gak jadi, karena aku ternyata cintaaaaa sama produk ini. Ternyata efek perih-perih mata ini terobati oleh sensasi dingin dari peppermint dalam masker ini. Suer bikin rileks banget.

Lalu hasilnya, masker ini benar-benar mengontrol minyak di kulitku, pori-pori terasa lebih segar dan bersih, dan yang paling juara adalah, jerawat cepat kering, tanpa membuat kulit lain menjadi kering! Selain itu, calon-calon jerawat yang tadinya kupikir bakal tumbuh, jadi gak jadi muncul. Entah kemana dia pergi, but I'm so happy!

Jadi sekarang, selain kupakai sebagai masker yang dapat mengontrol minyak, produk ini juga kupakai sebagai obat totol jerawat. Seriusan, cepat banget keringnya!

Atas (before), Bawah (After
Di foto terlihat kan kalau minyak lebih berkurang, tanpa bikin wajah kering. Jadi, masker ini sangat aku rekomendasikan untuk kalian yang punya kulit super berminyak dan mudah berjerawat seperti aku! Dengan catatan, kamu harus tahan dengan aroma dan sensasi perih-perih mata. Hehe.


KESIMPULAN

+ Mengontrol minyak
+ Mencegah dan mengobati jerawat
+ Tidak membuat kulit kering
+ Kulit lebih bersih dan segar
+ Isinya banyak, gak habis-habis
+ Masa pakai 36 bulan
+ Harga cukup terjangkau
- Baunya menyengat
- Bikin mata perih
Harga : sekitar 100.000 untuk 175 ml
Nilai : 4/5
Beli lagi? Mungkin iya.



Continue reading REVIEW : Freeman Clay Mask Mint + Lemon, Clay Mask Untuk Kulit Break Out

Monday 3 September 2018

Top 3 Cleanser Untuk Kulit Acne Prone

Sebelumnya, aku gak pernah berpikir kalau cleanser punya peran penting di dunia perskincarean. Aku gak pernah rela buat beli produk cleanser yang mahal, karena menurutku cleanser hanya dipakai dalam waktu yang sebentar dan gak akan banyak berpengaruh terhadap kondisi kulit, toh nantinya akan dibilas air lagi. Tapi, setelah trial-error produk-produk skincare untuk mengatasi kulitku yang acne prone, aku menemukan fakta bahwa gak sembarang cleanser dapat digunakan di jenis kulit acne prone sepertiku.


Berikut adalah top 3 cleanser favoritku selama 2 tahun terakhir dan berhasil mengurangi minyak tanpa membuat kulit kering, dan juga membantu mencegah timbulnya jerawat di kulit wajahku, yaitu Acne Cleanser Scrub Beta Plus Erha21, Corine de Farme Purity Micellar Water, dan Kose Speedy Cleansing Oil. Nah, di sini aku bakal cerita kenapa aku suka banget sama ketiga cleanser tersebut dan gak rela untuk ganti ke produk lain. Sengaja aku buat urutan dari yang menurutku paling penting dan aku paling suka, sampai ke produk yang aku suka tapi sebenarnya masih bisa aku skip.

1. Acne Cleanser Scrub Beta Plus Erha21 (90.000 untuk 60 gr)


Acne Cleanser Scrub Beta Plus (ACSBP) ini menjadi yang terfavorit untukku, kenapa? Karena aku belum pernah menemukan produk cleanser, terutama facial wash yang bereaksi dan memberikan manfaat di kulitku yang bermasalah. Produk ini memang sengaja diformulasikan untuk kulit-kulit yang mudah berjerawat. ACSBP ini termasuk ke dalam rangkaian Acne Care Labnya Erha21, yang bisa kamu beli bebas di apoteknya tanpa menggunakan resep dokter. Teksturnya kental dengan butiran scrub halus berwarna biru. Saat dipakai nyaris tidak berbusa, tipe facial wash yang ku suka. Untuk kulit berminyak sepertiku, aku membutuhkan produk sebesar biji jagung untuk diaplikasikan ke seluruh muka. Aku pernah menggunakannya dengan takaran yang lebih banyak, hasilnya malah membuat kulit terasa kering. Oh ya, penggunaannya cukup dipijat-pijat dengan gerakan memutar, tidak perlu digosok-gosok.


Karena formulanya gentle, tanpa busa, produk ini akan sulit kamu gunakan sebagai first cleanser, kecuali saat pagi hari. Jadi sangat perlu untuk membersihkan make up di wajah dengan micellar water atau oil, sehingga ACSBP ini hanya membersihkan sisa-sisa make up di wajahmu.

Sebenarnya aku sudah berniat untuk mengulas cleanser ini secara detail dan terpisah di postingan lain, tapi rasanya gak masalah kalau aku ulas di postingan ini.

Jadi, ACSBP ini mengandung bahan aktif berupa Salicylic Acid sebesar 2% dan Sulphur sebanyak 2,5%. Bahan-bahan aktif ini yang akan membantu mengangkat sel kulit mati dan kotoran yang menyebabkan penyumbatan pori di wajah sehingga mencegah timbulnya jerawat, bahkan dapat mengobati kondisi kulit yang sedang berjerawat. 

Aku gunakan ACSBP ini sehari 2x sebagai cleanser terakhir. Menurutku, ACSBP ini memiliki peran sebanyak 40% terhadap kestabilan kondisi kulitku saat ini. Ya, sebanyak itu. Pernah suatu kali ACSBP ku habis dan aku lupa beli, aku pakai facial wash lain, kulit wajahku malah terasa kering dan ketarik, dan muncul whiteheads di area pipi. Hmm.

2. Corine de Farme Purity Micellar Water  (Harga : 190.000 untuk 500 ml)


Kalau kalian pembaca blog aku dari tahun 2016, kalian pasti sadar kalau micellar water ini pernah kuulas juga, dan betapa aku cintanya dengan produk ini. Jika kalian belum baca, kalian bisa klik DI SINI untuk informasi lebih detail tentang Micellar Water ini. Yang aku suka dari Micellar Water ini adalah formulanya yang ringan. Produk- produknya Corine de Farme memang diformulasikan untuk kulit-kulit sensitif yang mudah beralergi karena tidak mengandung alkohol, sabun, deterjen, ataupun bahan-bahan kimia yang berbahaya.

CDF ini adalah produk first cleanser dan kadang menjadi second cleanser, jika aku sedang memakai banyak make up. Di samping karena formulanya yang cocok untuk kulit acne proneku, CDF ini juga mampu untuk menghapus make up sehari-hari ku. Karena sehari-hari aku tidak pernah menggunakan complexion yang berat, satu kapas saja cukup untuk membersihkan semuanya. Bahkan aku pernah beberapa kali membersihkan wajah hanya menggunakan CDF ini tanpa mencucinya dengan facial wash, tapi kondisi kulit tetap baik-baik saja kok.

3. Kose Speedy Cleansing Oil (160.000 untuk 250 ml)


Produk cleansing oil adalah favoritku dalam membersihkan make up yang full complexion. Tentu saja, ini akan menjadi first cleanser. Selain karena lebih mudah mengangkat make up, aku punya pemikiran bahwa cleansing oil mampu untuk membersihkan kulit wajah sampai ke pori-pori, sehingga tidak akan ada pori-pori yang tersumbat oleh make up. Walaupun bentuknya minyak, tidak ada kesan lengket yang dirasakan setelah dibilas. Minyaknya juga tidak terlalu kental kok, mudah dibaurkan ke seluruh wajah. Seperti yang sudah kusampaikan sebelumnya, karena aku jarang banget pakai make up, Kose ini jarang aku pakai. Dari tahun 2016 sampai sekarang, aku baru 2x repurchase, karena segitu jarangnya kupakai. Mungkin bisa seminggu 1x atau 2x.

Sebenarnya aku bisa saja menggunakan Corine de Farme dalam membersihkan make up yang tebal, namun itu akan butuh waktu yang lebih lama, dan akan menghabiskan banyak kapas. Sementara dengan cleansing oil ini, aku hanya butuh air untuk membilasnya. Rasanya seperti pakai facial wash, tapi berbentuk minyak!

Produk ini juga pernah kuulas DI SINI, kamu bisa lihat postingannya kalau butuh informasi lebih detail. Meskipun dengan 1x pemakaian terlihat bersih, biasanya ada residu make up yang masih tertinggal. Maka dari itu aku masih menggunakan micellar water setelahnya, hanya sekedar untuk memastikan tidak ada sisa-sisa make up yang tertinggal.

Jadi biasanya urutan cleanser yang kupakai sehari-hari adalah :
Corine de Farme Purity Micellar Water > ACSBP Erha 21

Tapi kalau aku pakai complexion berat :
Kose Speedy Cleansing Oil > Corine de Farme Purity Micellar Water > ACSBP Erha21


Sampai sekarang, aku belum tergoda untuk mencoba cleanser lain, dan tampaknya tidak akan tergoda kecuali suatu hari ternyata kulitku punya problem di luar acne prone.

Kalau produk cleanser favorit kalian apa? Pernah coba salah satu produk di atas? Sharing yuk!


Continue reading Top 3 Cleanser Untuk Kulit Acne Prone