Monday 14 May 2018

Imperfect/ I'm Perfect, Cerita Meira Anastasia tentang Mencintai Diri Sendiri




Semenjak langganan Gramedia Digital, aku lebih aware dengan buku-buku baru. Ini adalah salah satu buku yang menarik perhatianku. Awalnya karena judulnya, lalu begitu aku lihat penulisnya ternyata Mamak Meira, yang juga adalah istri dari Ernest Prakasa, secepat itu aku langsung download!


Buku ini bercerita banyak tentang proses Meira mencintai dirinya sendiri. Tentang bagaimana perjuangannya meningkatkan self acceptance, tentang betapa dulu ia sangat insecure, bagaimana pentingnya kita membahagiakan diri kita sendiri. 

Sejujurnya, aku tidak begitu mengikuti social media Meira ataupun Ernest Prakasa. Maka, setelah aku baca bukunya, tentang permasalahan yang ia rasakan sebagai ibu dari 2 anak dan menjadi istri seorang artis, aku cukup terkejut. Banyak part-part yang sangat menyentuh emosiku, terutama cerita tentang betapa insecurenya dia dahulu. Ada juga part yang membuat aku ikut marah dan sedih, betapa sadisnya netizen berkomentar di foto-foto Instagramnya. 

Mungkin beberapa orang bakal bilang "ya udahlah namanya juga social media, harus siap dibully", (no, it's not okay to bully anyone!) atau misalnya "ya elah baperan amat. bercanda kali ah.". Ini yang banyak terjadi sekarang, padahal kita tahu bahwa setiap orang berbeda. Ada orang yang lebih perasa dan tidak bisa menganggap angin lalu bercandaan orang. Ini bukan lebay, please. Kalian harus tau, bagi orang-orang yang level insecuritynya tinggi, ini bisa memicu depresi!
"Jadi, kalau ada dari kamu yang sempat berpikir 'Yaelah apaan sih, baca komen kayak gitu aja langsung bete,';mungkin enggak sih kalau sebenarnya yang perlu diperbaiki adalah sikap orang yang tega menulis komentar seperti itu, bukan orang yang merasa tersakiti atau sensitif terhadap komentarnya." (I'mperfect, 11)
Sebenarnya ini bukan pertama kali aku melihat komentar-komentar jahat netizen di foto artis. Kalau kalian follow instagram gosip, tentunya hal tersebut sudah biasa. Tapi tetap, mau sesering apapun aku melihat komentar tersebut, aku tetap marah melihat orang-orang ini, yang mungkin (sadly) tidak punya kerjaan selain mengadili orang lain lewat media. Ini juga dibahas oleh Meira, bahwa mostly netizen-netizen berjempol jahat ini adalah perempuan. Kenapa sih kenapa?

Aku juga bingung kenapa justru perempuan yang sering menjatuhkan perempuan lainnya. Tapi tunggu, mungkin dulu akupun pernah begitu. Jujur, dulu aku sering melihat Instagram orang lain, baik itu selebram atau siapapun itu, bawaannya ingin nyinyir, tapi aku memang tidak punya nyali sampai harus menulis komentar jahat di kolom komentarnya. Tapi aku menyadari, apa yang aku rasakan dahulu adalah bentuk luapan rasa insecure ku. Iya, semuanya muncul begitu saja kala aku sedang tidak percaya diri. Saat aku tidak bisa percaya diri, kenapa orang-orang ini bisa? Jadi untuk menjaga egoku, dulu aku mencari cela di orang itu. Yah begitulah, dan aku sadar bahwa itu salah dan aku tidak boleh seperti itu lagi. Dan mungkin itu adalah satu yang dirasakan oleh para netizen jahat itu. Itulah kenapa menurutku kepercayaan diri itu hal yang sangat penting.

Di buku ini, Meira juga membantu kita untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Memperbaiki diri ke arah yang lebih positif dan menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Ada beberapa hal yang Meira lakukan untuk membuat dirinya lebih baik lagi, secara psikis dan fisik. Dan jangan salah, yang memotivasinya untuk menjadi lebih baik justru komentar negatif dari suaminya. Bagaimanapun juga, jangan membatasi diri menjadi lebih baik dengan dalih sudah puas dengan diri sendiri.
"Kadang, kita merasa baik-baik saja, padahal kita hanya terlalu takut untuk mengakui kalau ada yang harus diperbaiki. Takut mengakui ada yang salah dengan cara kita menjalani hidup. Takut karena harus berubah.
Kesimpulannya, komentar negatif tentang fisik bisa berdampak positif pada "korban" kalau si "pelaku" secara sadar melakukan itu untuk kebaikan, bukan hanya untuk kepuasannya. Tentu perlu cara yang baik pula untuk menyampaikan komentar itu. Bukan dengan ejekan dan kata-kata menyakitkan, tapi dengan penuh kasih sayang dan empati. " (I'mperfect, 31)
Satu hal yang harus kita pahami adalah, we can't please everyone, whatever we do, some people won't like it. Mau secantik Raisa, sekaya Bill Gates, sepintar Cak Lontong, pasti bakal selalu ada orang yang gak suka sama kita. Gak percaya? Well, I prove you.

Aku sudah main ke Instagram Raisa, si cantik anggun yang menurutku sudah masuk kategori manusia tercantik parah sulit dicela, kupikir aku gak akan menemukan komentar jelek di Instagramnya, tapi ternyata..
"Cantik cantik tapi lututnya hitam.."
See?

Ya sudahlah. Kita tidak perlu berubah demi kesenangan, kebahagiaan, atau kepuasaan orang lain. Bahagialah untuk diri sendiri dan orang-orang yang tulus sayang sama kita. Dan buat teman-teman yang masih senang bully orang lain, sudahlah. We need more love and less hate!
"Dan yang paling penting, berubahlah karena kamu merasa perubahan itu akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik lagi daripada sebelumnya. Bukan HANYA karena apa yang orang pikirkan tentangmu. Atau karena orang lain yang memintamu berubah." (I'mperfect,32)
Overall, aku suka banget bukunya Mamak Meira ini. Aku bisa merasakan hal yang sama sebagai seorang perempuan yang pernah ada di level insecurity tingkat tinggi, dan bagaimana sulitnya merasa bahagia dengan diri sendiri. Tapi semua butuh waktu dan proses. Nikmati setiap proses. Be proud of each step you take toward reaching that goal. 

Btw, bukunya ini bisa dibeli di Gramedia dan katanya sold out mulu. Well done, Mamak Meira. I'm inspired!

"Do your little bit of good where you are, it's those little bits of good put together that overwhelm the world." -Desmond Tutu-

0 comments:

Post a Comment