Tuesday 17 September 2019

Mengulang Yogyakarta dengan Suasana Berbeda

"Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat, 
Penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi, saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama, suasana Jogja"
 
(KLa Project - Yogyakarta)

Penggalan lirik lagu KLa Project ini selalu bikin saya rindu masa-masa kecil bersama keluarga. Saya bukan orang Jogja, begitupun Ibu dan Bapak. Tapi, masa kecil Bapak dihabiskan di Jogja, beliau tinggal di sana lama bersama Bu Lek dan Pak Lek nya, yang saya panggil Mbah. Jadi, bagi Bapak, Mbah sudah seperti orang tua sendiri

Sewaktu saya kecil sampai saya kuliah, kami sekeluarga sering menyempatkan diri untuk pergi ke Jogja, baik sekedar berkunjung ke Mbah ataupun memang berencana untuk liburan di sana. Dulu, semua serba mudah untuk direncanakan, karena kakak dan saya belum menikah, apalagi adik. Liburan ke Jogja hampir menjadi rutinitas kami tiap tahun. Biasanya kami berlima pergi menggunakan mobil, dan seringkali Bapak membawa supirnya, agar perjalanan gak terasa berat.

Tapi, beberapa tahun kebelakang, rutinitas ini menjadi berhenti. Aktivitas kami gak seperti dulu lagi. Kakak yang sudah menikah dan memiliki seorang putri, tinggal di Jakarta, adikpun baru saja diterima di salah satu perusahaan e-commerce di Jakarta. Saya menikah dan ikut suami ke Lampung, menyisakan hanya Ibu dan Bapak di Bandung. Waktu yang sempit untuk bertemu membuat kami sulit merencanakan liburan ke Jogja. Jangankan merencanakan liburan, untuk sekedar bertemu bertatap muka dengan formasi komplitpun sangat sulit. Sampai akhirnya, suatu hari, kami sepakat untuk mengambil waktu cuti di tanggal yang sama untuk merencanakan liburan di Jogja, tentu saja berkunjung ke Mbah masuk ke dalam agenda.

Ternyata merencanakan perjalanan kali ini gak semudah dulu. Dulu, dengan formasi 5-6 orang, kami dapat dengan mudah menggunakan mobil untuk pergi ke Jogja. Tapi sekarang, formasinya sudah menjadi 8-9 orang, gak memungkinkan bagi kami untuk menggunakan 1 mobil, kecuali kita bersedia dempet-dempetan macam ikan asin dijemur, selama 12 jam. Sempat terpikir untuk menggunakan 2 mobil, tapi rasanya kok ya garing banget gak bisa sama-sama. Mau nyewa mobil yang lebih besar, budgetnya gak cukup, apalagi kita harus menyewa supir dari luar. 

Melewati perdebatan panjang, akhirnya Bapak mengusulkan jika kami lebih baik menggunakan kereta. Selain kami bisa pergi bersama-sama, Bapak gak perlu nyetir, sehingga tenaganya bisa disimpan untuk menikmati liburan di sana. Saya sih gak banyak komentar. Sebetulnya, saya setuju dengan Bapak. Tapi, selama ini kami belum pernah liburan bersama menggunakan kereta. Kendala muncul pada saat pemesanan tiket.  Saya, kakak, dan adik, merasa gak enak jika mengandalkan Ibu dan Bapak untuk membeli tiket kereta api di stasiun Bandung. Saya takut Bapak dan Ibu bingung cara pesannya, bingung milih kursinya, yaah.. hal-hal teknis semacam itulah. 

Untungnya, zaman sekarang sudah serba canggih, serba digital. Saya bisa mengakses dan memesan tiket kereta api via online, yaitu melalui aplikasi Pegipegi. Jadi, dengan saya di Lampung, kakak dan adik di Jakarta, serta Ibu dan Bapak di Bandung, kami tetap bisa sama-sama mengakses jadwal kereta api, juga bisa melihat dan memilih kursi bersama-sama. Rasanya seperti berdiskusi tanpa bertatap muka. 

Meskipun via online, teknis pemesanan tiketnya sangat mudah dan gak bikin pusing. Fitur dari Pegipegi ini sangat user friendly, sehingga saya yang baru pertama kali menggunakannya pun gak merasa bingung. Caranya :
  1. Masuk ke Page Pegipegi atau bisa juga menggunakan aplikasinya di handphone
  2. Buat account dengan menggunakan email aktif (karena e-tiket akan dikirim melalui email)
  3. Setelah masuk ke aplikasi, pilih layanan yang ingin digunakan, yaitu kereta api
  4. Pesan tiket kereta api dengan mengisi asal dan tujuan kereta, tanggal keberangkatan, dan jumlah penumpang
  5. Setelahnya akan keluar pilihan kereta, lengkap dengan tipe kereta, jam keberangkatan, dan ketersediaan kursi 
  6. Jika sudah menemukan jadwal dan kereta yang sesuai, lanjutkan dengan mengisi data penumpang
  7. Setelah semua data penumpang sudah tercatat, kita bisa langsung pilih kursi yang kita inginkan
  8. Jika semua sudah terisi, kita tinggal melakukan pembayaran. Pembayaran bisa melalui transfer bank, transfer ATM, virtual account, kartu kredit, internet banking, bahkan bisa juga bayar melalui alfamart/ indomart
Nah, jika semua langkah di atas sudah dilakukan, cek emailmu. Kamu akan menerima e-tiket yang bisa kamu tukarkan dengan tiket fisik di stasiun nanti. Mudah kan? Saking mudahnya, kami akhirnya memesan tiket sendiri-sendiri khusus tiket pulangnya, karena kami akan pulang ke daerah-daerah yang berbeda, kakak dan keluarga kecilnya akan melanjutkan ke Surabaya, adik kembali ke Jakarta, dan saya ke Bandung bersama suami, Ibu, dan Bapak. Dan akhirnya, pemesanan tiket untuk berlibur ke Jogja, sukses tanpa ribet!

Sesampainya kami di Jogja, kami merental mobil pada kenalannya Bapak, sehingga mendapat potongan harga. Dempet-dempetan selama di Jogja sih gak masalah, jadi kami hanya menyewa 1 mobil saja. Setelah bersilaturahim dengan Mbah, kami mengunjungi objek-objek wisata yang gak asing, yang sebetulnya sudah sering kami kunjungi, tapi entah kenapa rasanya selalu ingin kembali. Candi Borobudur, Pantai di Gunung Kidul, dan tentunya Malioboro selalu ada di dalam agenda kami.



Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima, menjajakan sajian khas berselera 
Orang duduk bersila 
Musisi jalanan mulai beraksi
(KLa Project - Yogyakarta) 

Bisa dibilang, kami sebetulnya jarang belanja di Malioboro, kecuali di Mirota (ya, sama aja ya!). Hehe.. Maksudnya, yang bikin kami selalu kembali ke Malioboro bukanlah barang-barang yang dijual di sana, tapi justru suasananya. Agenda belanja pasti ditutup dengan makan gudeg lesehan di sepanjang jalan Malioboro yang sudah pasti bakal dikunjungi oleh musisi-musisi jalanan dengan suara yang merdu. 

Hari besoknya, kami mendatangi pantai-pantai di Gunung Kidul. Salah satu yang menjadi favorit kami adalah Pantai Indrayanti. Pantai ini masih bersih walaupun gak sejernih dulu ketika saya pertama kali ke sini. Bedanya lagi, kali ini saya gak berenang di pantai karena gak bawa baju ganti, hanya sekedar bermain-main air saja. Tapi, itupun sudah cukup menyenangkan, apalagi ditambah menikmati kelapa di pinggir pantai dengan angin yang sepoi-sepoi. Di sini kami menghabiskan waktu cukup lama, gak peduli teriknya matahari yang pastinya bikin kulit menggosong. Lucu rasanya mengingat dulu kami hanya berlima, foto kemana-mana berlima. Sekarang, kami sudah bertambah anggota keluarga, yang membuat liburan kali ini semakin seru dan ramai.


 

 

Hari terakhir, kami habiskan di rumah Mbah. Meskipun hanya di rumah, rumah Mbah yang luas kebunnya lebih luas dibanding dengan rumahnya, selalu membuat kita senang walau sekedar berjalan-jalan dan menonton Pak Dek yang memanjat dan memanen kelapa. Meskipun hanya sebentar, namun liburan kali ini terasa sangat bermakna, membuat saya bernostalgia dengan masa-masa kecil, masa-masa menghabiskan waktu dengan keluarga. Semoga kami masih diberikan kesempatan untuk dapat berkumpul bersama-sama seperti ini lagi. Semoga.

 
 
 Kotamu hadirkan senyummu abadi 
Ijinkanlah aku untuk s'lalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
(KLa Project - Yogyakarta)

0 comments:

Post a Comment