Thursday 13 December 2018

,

Anis, Anisa Yang Bukan Nisa dan Icha, Apalagi An*s


Melihat nama-nama bayi saat ini, saya cukup terkesima dan sedikit bingung. Munculnya nama-nama bayi yang gak familiar dan sulit diucap, entah menjadi kebanggaan atau malah kesulitan. Banyak teman saya yang memberi nama anaknya penuh dengan deretan huruf konsonan, yang membuat saya teringat dengan nama-nama kota di Islandia. Menurut saya, para orang tua ini egois. Pernahkah terlintas di benak mereka bahwa nama-nama itu bisa mempersulit hidup sang anak dan orang-orang di sekitarnya? Gimana sulitnya sang guru manggil nama anak waktu absen di kelas? Gimana sulitnya sang anak mengeja kembali nama sebenarnya setiap orang salah mengucap?

Tapi saya paham betul bahwa para orang tua bermaksud memberikan nama yang baik, agar kelak sang anak dapat berperilaku mencerminkan namanya. Saya jadi teringat teman saya yang pernah menulis tentang hal ini. Dia pernah bilang kalau kita gak tinggal di zaman Shakespeare, sehingga ungkapan "Mawar tetaplah berbau harum walaupun namanya bukan mawar", rasanya bertentangan dengan zaman sekarang. Dan yang perlu diingat, di zaman Shakespeare, gak ada yang namanya ejek-ejekan nama Bapak. 

Dulu saya pernah kecewa, kenapa Bapak saya namanya gak sekeren bapaknya teman saya, Awan. Jadi walaupun diejek, terdengar keren. Setiap teman saya itu lewat, teman-teman paling bersenandung lagu Peterpan, "Tempatku melihat di atas Awaaan~". Berbeda dengan saya yang diejek,"Supra X! grung grungg (meniru suara motor)", oh kalian jangan berharap saya bakal bocorin nama Bapak saya! Maka dari itu, sekarang kita dapat cukup berbahagia, mengingat anak-anak zaman sekarang yang punya nama sulit dieja, mudah-mudahan cucu-cucu kita nanti dapat hidup dengan damai tentram.

Bagaimanapun, saya selalu setuju kalau bilang nama itu adalah do'a atau harapan orang tua. Saya sendiri terlahir dengan nama Anisa Firdausi. Seringkali orang menulisnya Annisa (double n), atau Firdaus (tanpa i). Hampir semua orang paham kalau dalam Al Qur'an, seharusnya memang Annisa dengan double n, yang berarti artinya wanita, tapi Bapak saya bilang, "Kepanjangan, gak apa-apa sama aja. Sama-sama dibaca Anisa." Baiklah. Lalu Firdausi diambil dari salah satu surganya Allah, surga Firdaus, dan atas inisiatif orang tua, ditambah i. Mungkin untuk mengganti kekurangan huruf n di awal. Jadi sebetulnya, Anisa Firdausi sungguhlah nama yang indah, walaupun berat menanggung nama ini, saya sangat berterima kasih pada orang tua saya yang mendo'akan saya sebagai wanita surga.

Memberi nama Anisa bukanlah ide awal orang tua saya. Saya masih ingat waktu itu Ibu cerita kalau sebenarnya beliau berencana memberi nama saya Kania Firdausi, tapi entah kenapa batal dan lebih memilih Anisa. Padahal memberi nama Anisa kepada anak perempuan ini kan aneh ya. Seperti kata Cina di film Cinta, "Tega kali Bapak kau, sudah tau muka kau perempuan, masih dikasih nama perempuan". Dan yang lebih aneh lagi, ternyata peminat nama Anisa ini banyak banget. Padahal punya nama Anisa itu gak enak.

Coba deh, pasti setiap orang sedikitnya punya 2 orang teman yang namanya Anisa. Setiap 1 angkatan sekolah pasti punya lebih dari 1 nama Anisa, bahkan jangankan 1 angkatan, saya pernah beberapa kali sekelas dengan 2 nama Anisa. Tentu saya sebal, ini bikin saya pegal noleh sia-sia tiap ada yang manggil "Nis" dan ternyata bukan manggil saya. Belum lagi kalau ada yang namanya Khairunnisa, Renisa, dan nisa nisa lainnya.

Meskipun nama saya Anisa, saya agak beruntung punya nama panggil yang agak berbeda, Anis. Belum tau alasan Ibu dan Bapak memutuskan memanggil saya dengan Anis, bukan Nisa atau Icha, yang lebih umum pada saat itu. Tapi tentu saja perasaan beruntung ini baru saya rasakan pada saat SMA. Semenjak SD sampai SMP saya selalu berusaha untuk mengubah nama panggilan saya menjadi Icha atau Nisa, atau apa saja yang penting bukan Anis.

Ceritanya dimulai saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Bukan lagi teman angkatan, saya punya 1 sahabat yang juga bernama Anisa (dengan double n). Bedanya, dia dipanggil Nisa. Kemana-mana, kami selalu berdua. Ranking pun pasti atas bawah, tentu dia yang di atas, saya yang bawah. Setiap hari, dia pulang pergi sekolah naik becak langganannya. Tebak nama Mamang Becaknya! Iya, Mang Anis!

Sejak saat itu saya merasa nama Anis ini terlalu maskulin. Mati-matian saya berusaha untuk menggiring orang-orang agar terbiasa memanggil saya Nisa atau Icha, untuk membentuk citra yang lebih feminin. Tapi tetap enggak bisa. Panggilan Nisa atau Icha hanya berlaku bagi mereka yang pertama kali bertemu dengan saya, yang jelas bukan orang terdekat saya.

Tapi seiring berjalan waktu, saya mulai merasa Anis lebih cocok dengan kepribadian saya yang agak aneh. Banyak bergaul dengan kakak dan adik laki-laki membuat pribadi saya lebih suka main nintendo dibanding main barbie, main Red Alert dibanding main The Sims, main pris prisan dibanding main anyang-anyangan. Menurut saya, panggilan Nisa terlalu anggun buat anak perempuan yang pantatnya tertusuk paku saat petakilan menduduki kursi yang sudah rusak. Jadi pada akhirnya, saya pasrah dan terima nasib, juga mulai bersahabat dengan panggilan Anis.

Selain Anis, panggilan yang kerap saya dapatkan adalah Anus. Mohon maaf kalau ini terkesan jorok, tapi sebenarnya ini adalah ulah sahabat saya, sebagai bentuk protes karena saya sudah merusak namanya. Namanya Agista,  teman saya yang cantik tapi kelakuannya aneh, sering dipanggil Agis. Menurut saya, nama Agis terlalu anggun untuk anak perempuan yang sering ngelawak dan petakilan macam dia. Maka, saya dan teman yang lain sepakat untuk memanggilnya Agus. Saya baru sadar itu adalah satu hal yang bodoh yang akan menjadi boomerang, mengingat nama sayapun akan mudah diganti, ya, Anus. Setelah Agus, maksud saya Agis, mulai memanggil saya dengan sebutan Anus, makin banyak orang yang memanggil saya seperti itu, terutama sahabat-sahabat saya. Tentunya gak mungkin orang asing yang gak akrab dengan saya, berani memanggil saya seperti itu.

Terbiasa dipanggil Anus sebenarnya gak baik buat saya. Saya jadi gak merasa aneh tiap orang panggil saya Anus di depan umum, padahal bisa jadi orang yang melihat menganggap saya pervert kan. Gak berhenti sampai di situ, saya mulai merasa kalau susunan keyboard QWERTY ini pasti adalah suatu konspirasi, dan pasti si Agus ada di dalamnya. Kenapa i dan u harus bersebelahan? Ini kan jadi bikin kemungkinan untuk typo Anus sebesar 50%. Bayangkan, suatu kali saya mau nge WhatsApp pembimbing skripsi saya semasa kuliah, "Selamat siang, Kang. Ini Anus.."

19 comments:

  1. typo kadang suka bikin salah paham juga yaa teeh wkwkwk
    dari anis jadi an*s :D

    ReplyDelete
  2. Duh Anus lah, mudah-mudahan ngga typo ya teh Anis..hehe..

    ReplyDelete
  3. Hahaha. Saya panggilnya Teh Anis aja, ya. Semoga gak typo jadi An*s🤭😁🙏

    ReplyDelete
  4. Iya sih kebanyakan temen yang namanya Anisa always dipanggil nisa or icha yang paling sering tapi kalo jadi anus aku baru denger..

    Btw sama kok kata mama dulu aku mau dikasih nama Dewi..ini nama dari alm kakekku tapi finally mama dan Bapak memilih nama Mega untukku.. meskipun someday ak sempet kaget krna nama Mega ada juga yang cowo

    ReplyDelete
  5. Hahah meuni vulgar pisan panggilan dr sahabatnya itu teh. Salam buat tante Anisa dr anak saya, Aisyah :*

    ReplyDelete
  6. panggilannya aduh tega banget hahahaha temennya bisa aja tuh

    ReplyDelete
  7. ya ampun kalo typo , celaka...

    ReplyDelete
  8. Hehehe, lucu ceritanya. Iya nih, aku juga dapet nama panggilan sejak kecil yang bikin orang jadi kerung saat denger. Tapi, aku sih udah biasa. :)))

    ReplyDelete
  9. Hehe ku juga dulu tapi sekarang juga kadang orang orang masih typo dengan namaku "Lizzy" orang kadang menyebutkan nya menjadi "Liji , Ltd, Lazy" Oh tidak
    😂😂😂

    ReplyDelete
  10. Duh aku jadi hati2 ngetik nya ini, takut salah ketik.. teh Anis.. hihihi. Ngakak aku bacanya, maafkan teh

    ReplyDelete
  11. Endingnya bikin ngakak lah ini padahal sebelumnya agak kesel sama yang suka ganti2 nama seenak udel...

    Insyaallah nanti di cek kalo ngetik anis gak ketuler sama U ekstra recheck special for you beb 😁

    ReplyDelete
  12. Bwahahahaha... senjata makan tuan judulnya ketika serangan Agus berbalik jadi An*s

    ReplyDelete
  13. Banyak banget ya nama panggilan dari kecil dan aku juga punya nama panggilan dari kecil sampe sekarang

    ReplyDelete
  14. Hahahhaa teh seru banget ceritanya. Akupun pernah mengalami masa ga suka namaku karena ngerasa ga sekeren temen temen yg lain aneh ga sih wkwk

    ReplyDelete
  15. Hahaha lucu banget dong nama panggilannya. Aku juga nama Irra di panggil Irroh. Nyai Irroh. Haha

    ReplyDelete
  16. wkwkwk bener banget..
    aku aja suka susah nyebut nama pasien huff

    ReplyDelete
  17. Teh seru banget siy cerita soal nama Anis ini. Tapi entah dalam mindset ku ini, yang punya nama Anis itu cantik-cantik haha

    ReplyDelete
  18. Ahahahahaha tulisan ini lucu banget sih , sama akupun punya nama yg pasaran tp yaa nikmatin aja hihi

    ReplyDelete