Sunday 29 March 2020

, , ,

Prioritasku = Identitasku

I had a dream the other night
About how we only get one life
Woke me up right after two
I stayed awake and stared at you
So I wouldn't loose my mind

(One Republic -  Something I Need)


Penggalan lirik One Republic di atas menjadi pembuka tema kolaborasi Bandung Hijab Blogger kali ini, yaitu mengenai Time Management. Waktu menjadi terasa sangat penting saat kita sadar bahwa 1 detikpun gak bisa kita ulang, bahwa kita gak punya kesempatan untuk mengulang hari yang sama, kecuali kalau ternyata mesin waktu itu ada! Hidup yang cuma sekali, seringkali bikin saya takut, apa saya sudah cukup baik dalam menjalani hari-hari ini?

It's true that we only live once, but if we do it right, once is enough, kalau kata Mae West. Maka dari itu, berkawan dengan waktu, memanfaatkannya sebaik mungkin adalah satu-satunya cara untuk terhindar dari rasa sesal di kemudian hari. Terus, gimana caranya untuk mengatur waktu dengan baik?


Hmm.. Rasanya aneh kalau saya menjabarkan tips-tips memanage waktu dengan baik, karena saya bukan orang yang tepat, gak cukup representatif untuk bercerita tentang itu. Tapi, saya bisa cerita tentang bagaimana saya mencoba berdamai dengan kehidupan saya yang jauh dari ideal, gak bisa dibilang teratur, keluar dari jalur dan rencana, karena ya...you called it life. Life is full of surprises. And not all these surprises are pleasant, so you need to be ready for what life brings to you.

Jauh sebelum hari ini, dari kecil, saya terlahir dari keluarga yang disiplin dan teratur, yang membuat saya tumbuh menjadi seorang yang juga disiplin dan sedikit kaku mengenai waktu dan pencapaian hidup. Saya yang sekarang, sudah melewati banyak pengalaman yang membuat saya lebih longgar dan fleksibel, walaupun terkadang masih suka nyesek kalau sesuatu yang sudah direncanakan gak sesuai dengan harapan. Jadi, kalau bicara tentang memanage waktu, saya yang dulu mungkin sudah bisa merangkai banyak paragraf untuk berbagi tips. Ditambah lagi, sudah banyak kok aplikasi-aplikasi di handphone yang memudahkan kita untuk mengatur waktu, seperti time table salah satu contohnya. Selain itu, buku-buku tentang managemen waktu pun bertebaran di toko-toko buku. Jadi, untuk memahami, membuat, dan mengaplikasikan teori-teori mengenai efisiensi waktu adalah satu hal yang mudah. Tapi, menerima bahwa segala sesuatu yang sudah direncanakan, berakhir gak sempurna, adalah persoalan lain. Justru ini yang menarik, yang juga akan saya bahas.


We can plan a pretty picnic, but we can't predict the weather..
(The Vines - Ms. Jackson)

Kita bisa saja merencanakan tamasya dan piknik di taman yang menyenangkan. Perbekalan mulai dari keranjang yang penuh dengan makanan, minuman-minuman kaleng, hingga kumpulan lagu-lagu yang riang. Kita sudah mengatur alarm untuk bangun subuh dan bersiap-siap pergi di pagi hari, supaya gak terjebak macet, dengan harapan sampai di tempat pukul 08.00, saat matahari sedang bersahabat. Tiba-tiba, sesampainya di tempat, langit yang tadinya cerah, tiba-tiba menjadi abu-abu, awan mulai berani menutup matahari, lalu turunlah hujan. Semuanya gagal, padahal rasanya semua rencana sudah disiapkan sesempurna mungkin.

Hal serupa sering saya alami. Bukan tentang pikniknya, tapi tentang kecewa dengan segala rencana yang gak berjalan dengan seharusnya. Yang seharusnya saya bisa lulus pas 4 tahun, tapi saya kecewa karena harus menambah 3 bulan lagi untuk mendapat gelar Sarjana Psikologi. Kalau saya mengikuti time table yang sudah saya buat bertahun-tahun yang lalu, seharusnya saya sudah menikah di usia 25 tahun, dengan bekerja di salah satu perusahaan impian saya, lalu memiliki anak di usia 28 tahun, dan menerbitkan sebuah buku di usia yang sama. Memang beberapa sesuai dengan perencanaan, tapi banyak hal yang gak berjalan sesuai dengan perkiraan. Siapa yang salah? Bisa jadi saya, bisa jadi bukan salah siapa-siapa, karena memang ada yang mengatur "cuaca" saya hari itu, Yang Maha Menetapkan.


Lalu, bagaimana saya di hari ini?
Apa saya gak punya manajemen waktu sama sekali?
Yaaa, saya gak seekstrim itu juga. Dari semua teori tentang manajemen waktu, 1 yang selalu saya pegang adalah mengenai skala prioritas. Selama ini, prioritas menjadi garis bantu saya dalam memanage waktu, supaya saya bisa mengalokasikan waktu dan tenaga saya di aktivitas-aktivitas yang memang diperlukan, untuk menghindari "waktu dan tenaga" yang terbuang sia-sia.

Begitu banyak peran dalam diri ini, yang mustahil saya jadikan semuanya sebagai prioritas. Maka, setelah saya menikah dan memiliki 1 malaikat kecil, saya pilih 3 peran dalam hidup yang menjadi prioritas saya, menjadi ibu, istri, dan anak. Pioritas saya adalah segala macam aktivitas yang mendukung saya untuk menjadi ibu, istri, dan anak yang baik. Berpegangan pada 3 peran itu, mungkin membuat saya menjadi teman yang dianggap so sibuk, karena harus menemani anaknya bermain di rumah, atau mungkin saya akan menjadi blogger yang dianggap pemalas karena memilih menyiapkan makan siang suami dan memijat kaki ibu yang pegal. Tapi, syukurlah, saya berada di dalam circle yang sangat pengertian, sehingga saya masih bisa berhubungan baik dengan teman-teman, masih bisa menulis di sela sela waktu, masih bisa bermain cat air, bermain gitar, membaca buku, meskipun intensitasnya gak sesering ketika saya belum menikah.

Sebetulnya, memilih menjadi ibu rumah tangga adalah langkah pertama yang saya ambil untuk menyisihkan 1 peran dalam hidup, yaitu menjadi pegawai. Bukan berarti saya mendiskreditkan ibu yang bekerja (karena saya yakin mereka bekerja untuk anak, yang berarti mereka memprioritaskan anak). Hanya saja, bagi saya yang punya daya tahan tubuh lemah, rasanya saya gak sanggup kalau harus pulang kerja dan menggunakan hanya 10% dari tenaga yang tersisa untuk mengasuh anak. Meskipun begitu, menjadi ibu rumah tangga, gak lantas membuat saya menjadi ibu, istri, dan anak yang sempurna. Meskipun 3/4 hari saya habiskan dengan anak, saya gak bisa memastikan kalau Arsy kelak tumbuh menjadi anak yang bahagia. Meskipun saya berusaha memprioritaskan waktu saya bagi suami dan orang tua saya, saya juga gak bisa memastikan kalau apa yang sudah saya lakukan adalah yang terbaik. Begitu banyak ketidakpastian, tapi yang pasti saya sedang berusaha yang terbaik, membuat perbekalan, minuman kaleng, dan lagu-lagu riang untuk piknik saya. Bagaimana "cuacanya" nanti, tergantung Dia.

3 peran yang saya prioritaskan, pada akhirnya menjadi 1 kesatuan, menjadi Anisa Firdausi. Memang masih jauh dari ideal, saya juga masih berusaha untuk memanfaatkan momen-momen yang ada sebaik mungkin. Jadi, meskipun saya cukup lelah dengan hari-hari ini, dengan segala rutinitas yang terkadang terasa membosankan, pada akhirnya, semua itu adalah saya. Menjadi ibu bagi Arsy, menjadi anak perempuan bagi Bapak dan Ibu, dan menjadi istri bagi Kusumah adalah jalan menuju Anisa Firdausi. Karena apa? Karena prioritas saya adalah identitas saya.

11 comments:

  1. Terimakasih teh sharing pengalam pribadinya ,,"aku jauh dari ideal " but it's ok , along you be yourself...terinspirasi

    ReplyDelete
  2. Whuaa cerita kehidupan Anisa Firdaus,asiik. Bener banget kalo setiap manusia kadang berencana tapi kenyataannya ambyar. Hanya ingin titip pesen, siapkan hati untuk hal2 yang buruk ato ga nyaman kelak.

    Tapi ku suka, Anis mengakui tentang kelemahan diri,karena emang ga gampang menjalani 3 peran ato lebih, butuh waktu dan proses menjalani.

    Ahh, apapun itu mari jalani kehidupan dengan happy.

    ReplyDelete
  3. Mantul nih baca artikelnya teh anis. Prioritas is the best time management pada akhirnya. Tiga peran yang justru bikin aktifitas time managementnya jadi makin berkualistas..

    ReplyDelete
  4. Kalau aku kebetulan orangnya "lempeng" disaat kenyataan tak seindah harapan hihihi. Yang penting ada hal baik yg selalu dikerjakan.. Hehehe

    ReplyDelete
  5. Jadi Ibu tuh proses belajar yang terus berkelanjutan. Aku sampe saat ini aja masih harus banyak belajar seiring bertambahnya usia anak-anak. Jangan lupa tetep lakuin hal hal yang menyenangkan kita sebagai ibu yahhh

    ReplyDelete
  6. Manusia emang cuma bisa berencana ya teh

    ReplyDelete
  7. Ngomongin soal rencana..emang bener ya klo kita manusia cuma bisa berencana, tp tuhan yang menentukan. Sebagai IRT, aku kadang ngerasa juga waktu kayak berjalan aja tanpa rencana, rencana dari pagi a, b , c tapi ada aja hal² yg bikin kita harus pilih saat itu juga mana yg jd prioritas buat di kerjain. 😉

    ReplyDelete
  8. bebbbb,, baca tulisan kamu aku jadi merasa ga sendirian. bahwa ga salah kok kalau ga produktif di hal-hal lain atau lamban dalam mengejar sesuatu, selama semua itu untuk keluarga..

    ReplyDelete
  9. Setuju. Prioritas Saya adalah identitas saya. Jadi harus flkesibel ya. Biarvgak uring-uringan kalau ada hal yg gak sesuai dg apa yg sudah direncanakan. Hehehe

    ReplyDelete
  10. Aku malah terkesima baca tulisannya. Keren 😍

    ReplyDelete
  11. Bener banet teeh, manajemen waktu yang baik bisa dimulai dari kedisiplinan kita. Tetap semangat teeh ❤❤❤

    ReplyDelete