Sunday 30 September 2018

Aku Kembali Ke Bandung, Kepada Cintaku yang Sesungguhnya

Senang rasanya bergabung dengan komunitas yang punya minat menulis sama seperti saya. Selain untuk ajang sharing, saya juga bisa dapat inspirasi menulis dari sini. Salah satunya adalah artikel yang saya tulis sekarang. Berkolaborasi dengan Bandung Hijab Blogger, saya akan bercerita tentang 5 hal yang membuat saya jatuh cinta dengan kota kelahiran saya,  The Paris Van Java, Kota Kembang, ya, Bandung.

https://www.instagram.com/bandunghijabblogger/

Walaupun saya menghabiskan hidup 27 tahun di Bandung, bukan berarti mudah bagi saya untuk mengangkat tema ini. Bukan karena gak punya ide untuk bercerita, tapi justru karena saya takut ulasan ini gak cukup mewakili keindahan dan kecintaan saya pada Kota Bandung. Baru-baru ini saya memang menomorduakan Bandung, karena harus ikut suami kerja pindah-pindah kota. Tapi justru karena sekarang saya banyak menghabiskan waktu di luar Bandung, saya jadi tau betul apa saja yang bikin saya rindu akan Kota ini, yang gak bisa saya temuin di kota lain. 5 hal ini juga adalah alasan-alasan bahwa saya yakin Bandung akan selalu menjadi kota yang paling saya cinta, tempat saya kembali.

Source: www.hariansejarah.co.id
1. Makanannya

Source : google.com
Kuliner Bandung emang juara. Saking terkenalnya, di luar Bandung saya sering ketemu sama penjual-penjual makanan yang melabeli dagangannya dengan embel-embel Bandung. "Cireng Bandung", "Siomay Bandung", "Cilok Bandung", eh tapi pas dicobain, rasanya jauh dari punyanya Bandung. Saya kan jadi merasa tertipu, dan baru sadar, kalau makanan ternyata ada KW nya juga.

Dulu, waktu saya masih LDR an sama suami, saya sering ngejek dia tiap dia pulang ke Bandung. Tiap dia main ke Bandung, semua makanan dipesen. Ngidamnya macem-macem dan dimakan di satu hari yang sama. Ya martabak lah, seblak, mie ayam, bakso, siomay, selama belum distop, ya gak akan berhenti. Sampai akhirnya saya juga merantau ke luar Bandung, saya ngerasain hal yang sama. Lapar mata yang membabi buta tiap ngeliat jajanan-jajanan Bandung. Rasanya ingin saya beli gerobak dan penjual-penjualnya, biar disuruh jualan di Lampung aja. Tapi tentu saja gak mungkin, karena saya bukan Hotman Paris.

Alhasil saya mencari cara supay bisa menikmati makanan, terutama jajanan Bandung di sini. Satu-satunya cara adalah masak sendiri. Jadilah saya mengunduh cookpad, mencari dan mencoba resep-resep yang ada. Dari mulai seblak, cilok, cimplung, dan aneka masakan yang saya pikir gampang, tapi ternyata sulit. Cilok buatan saya berakhir seperti lem fox yang dibekukan, gak ada rasa, sulit ditelan. Tapi tentu, suami tetap (terpaksa) makan, biar saya gak pundung dan mogok masak.

2. Cuacanya! 

Source: www.pinterest.com
Walaupun saya sering mengeluh di media sosial tentang cuaca Bandung yang bikin males mandi, bahkan males untuk sekedar turun dari kasur, saya selalu kangen dinginnya Bandung. Walaupun Bandung di siang hari tetap panas, tapi pagi dan malamnya tetap juara. Makanya biasanya kalau hari libur, saya lebih suka menghabiskan waktu di rumah. Cuacanya enak untuk ngemil-ngemil di rumah sambil nonton maraton.

3.Orang-Orangnya! 

Banyak yang bilang orang Bandung ramah-ramah, saya setuju, seenggaknya itu juga yang saya rasakan. Mungkin bagi yang gak biasa dengan keakraban orang Bandung, bakal mikir kalau mereka SKSD dan sedikit kepo. Tapi, biasanya sih mereka gak bermaksud menyebalkan. Dan gak semuanya seperti itu. Saya sendiri bukan tipe yang senang basa basi dan dekat dengan orang lain. Biasanya saya malah suka awkward kalau ketemu orang baru, tapi malah dilabeli jutek, padahal mah saya juga bingung mau ngomong apa.

Wanita Sunda yang paling representatif bagi saya adalah Ibu. Ibu adalah wanita terramah yang saya kenal. Beliau cepat akrab dengan orang lain, mau sama teman komplek, teman madrasah, teman darmawanita, bahkan Ibu ini udah dikenal sama Kang Sol Sepatu, Kang Penjait, Kang Rumput, dan Kang-Kang lainnya. Ibu bisa cepat akrab dengan orang lain tanpa bersikap menyebalkan atau kepo dan usil. Semua teman saya juga tau, Ibu lebih eksis dibanding saya. Beliau juga pernah meledek teman Facebook saya yang jumlahnya gak sebanyak temannya. (-_-) Gak hanya di Facebook, eksistensinya merambah ke dunia Instagram. Alhamdulillah beliau lupa passwordnya.

Selain itu, ada banyak orang-orang yang punya kontribusi positif ke Bandung. Orang-orang nyentrik yang saya kagumi karya-karyanya. Contohnya Ayah Pidi yang saat ini sedang dikagumi banyak orang karena karyanya yang berjudul Dilan. Saya termasuk salah satu dari jutaan penggemarnya. Saya sering mengulang trailer film Dilan hanya untuk mengenang Bandung di tahun 90 an, jalanan yang kosong, pohon-pohon rindang, duh adem Gusti...

Source : www.initasik.com
Selain itu, jelas keluarga dan sahabat-sahabat saya. Tentu saya punya kenalan dari luar Provinsi, Pulau, bahkan Negara, dan kami berteman baik. Tapi di sini, saya punya sahabat aneh yang kelakuannya ajaib dan menyebalkan, tapi anehnya saya bisa bersahabat lama dengannya sampai lebih dari 10 tahun, dan akan terus seperti itu. Aamiin. Level pertemanan saya dengannya sudah sampai ke level "gak ngatain maka gak sayang".

4. Basa Sunda na Tea!

Source: www.google.com
Saya emang gak fasih berbahasa Sunda, karena dari kecil terbiasa berbahasa Indonesia di lingkungan keluarga. Bukan karena orang tua saya melarang saya untuk berbahasa sunda, tapi karena skill bahasa sunda saya "kurang anggun" alias kasar. Bapak dan Ibu selalu melarang saya menggunakan sunda kasar, tapi sulit sekali untuk menghilangkannya karena pengaruh lingkungan sekolah. Ya gak sih? Puncaknya waktu saya gak sengaja bilang "teuing" di rumah, Bapak bilang "Gak usah pakai Bahasa Sunda kalau gak bisa pakai bahasa sopannya!" *Jleb* Hahaha. Makanya sampai sekarang saya suka geli-geli sendiri kalau ada cewek yang ngomongnya "aing" "aing". Btw, ada yang tau kenapa "aing" ini jadi banyak dipake?

Balik lagi ke topik, akhir-akhir ini saya rindu dengan bahasa ini. Walaupun biasanya saya chatting dengan sahabat saya menggunakan mixing Indo-sunda, tapi tetap saja, saya kangen dengan logat sunda. Kangen dengan embel-embel "teh", "mah", "atuh".

Ada satu moment yang bikin saya makin sadar bahwa saya serindu itu dengan Bahasa Sunda. Jadi, ceritanya saat itu saya sedang di pasar. Karena di Lampung mayoritas penduduknya orang Jawa, sehari-hari yang saya dengar ya Bahasa Jawa. Walaupun saya ini blasteran Jawa, tapi skill Bahasa Jawa saya hanya sebatas sampeyan, sumuk, dan ireng. Tiba-tiba, di tengah hiruk pikuk dan celotehan Jawa, saya mendengar ibu-ibu ngomong ke anaknya "Cik maneh dagoan heula diditu meh teu cangkeul!" (artinya: Kamu tunggu di sana biar gak pegal!). Saya terpana, terharu, bagai menemukan rumah. Saya senyum-senyum sendiri liatnya.

Kejadian lain yang bikin saya senyum-senyum kalau inget juga terjadi lagi di pasar beberapa hari setelahnya. Waktu ada ibu-ibu nyempil-nyempil di belakang saya, dia bilang permisi, saya refleks jawab "mangga..", terus dia bales "bukan, aku mau cari jagung.."
Heeee...

5. Ridwan Kamil

Source: www.tribunnews.com
Awalnya saya ingin menulis tentang fasilitas umum Kota Bandung yang apik, terutama taman-tamannya. Tapi tentu saya gak bisa sebut satu-satu. Saya sadar bahwa semuanya tertuju pada satu orang, Kang Emil! Walaupun sudah bukan Walikota, tapi saya selalu melihat perubahan Bandung ini karena jasa-jasa beliau. Selain itu, baru kali ini saya merasa "dekat" dengan pemimpin Bandung. Beliau punya karakter dan kharisma yang unik, sulit rasanya untuk gak kagum.

Itu adalah 5 hal teratas yang bikin saya cinta banget sama Bandung. Meskipun begitu, masih banyak daftar-daftar hal menyenangkan lainnya dari Bandung yang gak mungkin saya jelaskan semuanya karena keterbatasan saya merangkai kata (tsah). Tapi tenang, kalian bisa liat tulisan teman saya yang punya kecintaan yang sama besarnya dengan Kota Bandung, tulisannya Teh Imanda Ayu.

Sampai bait-bait terakhir ini, saya masih belum puas dengan tulisan tentang Bandung ini. Betul yang saya bilang di awal, rangkaian kata-kata ini gak cukup untuk mewakili betapa spesialnya Kota Bandung. Meminjam kata-katanya Ayah Pidi Baiq, "Dan Bandung, bagiku, bukan cuma masalah Geografis. Lebih jauh dari itu melibatkan Perasaan, yang bersamaku ketika sunyi".

Sejauh apapun saya merantau, Bandung tetap yang terunggul di hati saya. Kemanapun nantinya saya pergi, tetap..
"Aku kembali ke Bandung, kepada cintaku yang sesungguhnya."

26 comments:

  1. Part yang terakhir, Ridwan Kamil yang aku sungguh kagum sama warga Bandung yang cinta sama pemimpinnya

    ReplyDelete
  2. setuju banget teh, kemana pun perginya pasti lebih kangen kota Bandung

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya teh, nasib perantau. kangen banget sama Bandung.

      Delete
  3. Setuju banget teh, apalagi yang terakhir muehehe

    ReplyDelete
  4. Tiap pergi ke luar kota yang cuma sehari 2 hari akupun selalu rindu Bandung. Pokonya Bandung teaaa! haha

    ReplyDelete
  5. Iyaaaa bener, bahasa sunda disini halus2 jd seneng dengernya. logatnya juga enakeun aja didenger

    ReplyDelete
  6. wii langsung salfok sama foto surayah.. Idola aku itu bahkan sebelum beliau terkenal dengan novel dan film Dilan nya aku udah kagumm :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul. dari mulai manggung2 udah ngefans sama lagu-lagunya juga

      Delete
  7. Walikota tercinta Kang Emil emang ter the best nata Bandung jd cantik

    ReplyDelete
  8. Salfok sama gambar bahasa sundanya hahah bagus...pokoknya mah bandung tak tergantikan untuku.. mah dikasih bali pun ku tetap tertambat hatinya pada bandung tercintaah

    ReplyDelete
  9. Wah ternyata kita seumuran yah teh. Bandung tuh emang nyaman banget, aku suka ngobrol sama temen2ku yg merantau, pasti mereka pengen balik lagi terus ke Bandung. awal nikah juga aku sempet pindah ke Jakarta ikut suami. tp alhamdulillah skrg suami kerja di bandung jadi balik lagi deh ke bandung

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah serunya! mudah mudahan suamiku juga cepat dipulangkan ke Bandung. Aamiin

      Delete
  10. saya refleks jawab "mangga..", terus dia bales "bukan, aku mau cari jagung.."
    Heeee...


    Hhahahha pernah di. JOGJA beli minum di minimarket malah bilang teteh kan harusnya mba, iya semoga Bandung lebih baik yah👏👏👏

    ReplyDelete
  11. Teh sama banget, akupun lahir blasteran sunda jawa, di rumah pake bahasa indonesia aja karena skill bahasa daerah yang gak mumpuni. Suka di omelin kalo kedengeran kata gak halusnya :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. betuul. harus belajar sunda halus dulu baru ngomong sunda haha

      Delete
  12. enakeun tau teh bahasa sunda teh, kalau udh ngumpul bareng temen apalagi, wah bahasa bener2 jadi pelebur

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ra emang haha. cuma kalau ketauan ibu bapaku, pasti dijewer. harus belajar bahasa sunda halus dulu.wkwk

      Delete
  13. Ayah pidiii sama Kang Emil, idolaku juga teh :) #urangbandungbangga

    ReplyDelete